FAKTA membuktikan, hingga saat ini Balikpapan sebagai sebuah kota metropolis terus menggeliat. Maraknya pembangunan fisik yang dibarengi kemajuan kota dan  masyarakat, tidak terbantahkan—kalau kota ini terus maju dan berkembang.

Tidak salah, Balikpapan dijuliki pintu gerbang Provinsi Kaltim bahkan ibukotanya Kalimantan. Mengapa? Karena hampir semua fasilitas kemajuan kota seperti di Pulau Jawa, kini juga dimiliki Balikpapan. Dengan  luas mencapai83.189 Ha (Daratan:  50.330 Ha, Laut : 32.859 Ha), dengan kondisi topografi  85% Berbukit dan 15% Datar, kota ini memiliki penduduk  sebanyak  684.339 jiwa (Laki-laki : 356.111 jiwa dan Perempuan : 328.228 Jiwa) atau 228.291 Kepala Keluarga (data per Mei 2014).

Yang sulit dibantah, penduduk Kota Balikpapan yang heterogen, terdapat berbagai suku bangsa, seni dan budaya (ada sebanyak 102 paguyuban), hingga saat ini hidup dalam damai, aman dan nyaman. Tidak heran,  Kota Balikpapan merupakan salah satu kota paling kondusif di Indonesia.

Kondisi itu pula yang ikut memacu pesatnya pertumbuhan ekonomi di Balikpapan. Data yang ada menyebutkan,  PDRB Balikpapan TANPA MIGAS  tahun 2011 sebesar Rp. 22,8 Triliun dan Tahun 2012 sebesar Rp. 26.39 Triliun. Sementara PDRB DENGAN MIGAS Tahun 2011 mencapai Rp. 45.12 Triliun dan      Tahun 2012 sebesar  Rp. 47,31 Triliun. Khusus untuk PENDAPATAN PER KAPITA, DENGAN MIGAS  Tahun 2011 sebesar Rp  52.022.076 dan  Tahun  2012  Rp. 52.337.438. Sedangan  TANPA MIGAS  Tahun  2011 sebesar Rp 31.795.728 dan Tahun 2012  Rp. 36.708.258, Selain itu, pertumbuhan ekonomi Balikpapan juga tergolong tinggi, tahun 2011 sebesar 7,21% dan Tahun  2012 sebesar 8.65%, dengan tingkat inflasi  6,45% di tahun 2011 6,41 % di tahun 2012.

PROBLEM KLASIK

Namun dibalik gemerlap dan pesatnya pembangunan, kota ini juga masih menyimpan beragam persoalan “klasik” di berbagai sektor kehidupan masyarakat.  Problem kemiskinan, pengangguran, maraknya pekerja seks komersial (PSK), belum meratanya pendidikan, narkoba, kenakalan remaja, masalah banjir, tanah longsor dan lainnya, adalah fakta yang juga tidak bisa ditampik.

Balikpapan memang meraih sederet prestasi mentereng belakangan ini. Mulai penghargaan Adipura Kencana, Kota Terbersih di ASEAN, hingga kota paling dicintai di dunia, serta puluhan penghargaan lainnya.  Hanya saja, penghargaan itu bisa saja terkesan “semu”, jika beragam problem klasik yang terjadi di masyarakat, tidak bisa diatasi.

Pekerjaan besar itulah, yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang mesti dijawab oleh siapapun yang diamanati memimpin Kota Balikpapan, termasuk para calon anggota legislatif (caleg) yang akan berkompetisi di pemilu legislatif, 17 April 2019 mendatang.

KOTA LIMA DIMENSI

Saat menjadi Ketua DPRD Kota Balikpapan selama dua periode, Andi Burhanuddin Solong (ABS), dengan gagasan besarnya yang cemerlang, meluncurkan konsep “Kota Lima Dimensi”. Yaitu, sebagai Kota Industri,  Jasa dan Perdagangan, Pariwisata, Pendidikan dan Kebudayaan, Budaya dan Adat Istiadat. Menurut ABS, apa yang disampaikannya itu sebagai jawaban atas tantangan Balikpapan yang ada sekarang dan tantangan ke depan.

Bahwa pembangunan yang begitu pesat, perlu ditopang dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai, yang memiliki konsep dan pemikiran andal. “Untuk memajukan dan membangkitkan semangat pembangunan di Kota Balikpapan, diperlukan infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang berkualitas,” ucapnya.

Sebagai Kota Industri, kata ABS, tidak bisa tidak, Balikpapan harus menyiapkan lahan yang cukup luas. Salah satunya di Kariangau. Namun ia mengingatkan, sebagai kawasan industri, semua pihak harus tetap menjaga keselarasan antara pemanfaatan kawasan dengan keramahan lingkungan.

Begitu pula di sektor jasa dan perdagangan, disebutnya perlu dipikirkan secara serius—berbarengan dengan pesatnya perkembangan kota ini. Yaitu, sektor jasa dan perdagangan hendaknya sesuai dengan potensi yang ada dan dikembangkan Balikpapan.

 Keberadaan Bandara Internasional  Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, pelabuhan laut yang memadai—termasuk hadirnya Terminal Petikemas Terpadu Kariangau di Km 13, hingga jalur transportasi darat dan laut, pada gilirannya diharapkan mampu member manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat—khususnya pelaku usaha, yang ujungnya berimbas pada perekonomian rakyat.

ABS menyadari, Balikpapan bukanlah kota pelajar.  Namun ke depan, Balikpapan diyakininya akan mampu mengejar kota lain, utamanya di aspek kualitas sumber daya manusia (SDM).

Buktinya, selain berkembang pesatnya perguruan tinggi swasta seperti Universitas Balikpapan (UNIBA), STT Migas, STIEPAN, STIKOM, hingga Poltkeba,–belakangan juga dibangun pemerintah Institut Teknologi Kalimantan (ITK)—yang di tahap awal bersinergi program dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Dengan demikian, akselerasi peningkatan mutu SDM akan jauh lebih cepat dari sebelumnya.

KOTA PENTING KALTIM

Balikpapan nantinya, diyakini ABS akan lebih cepat maju seperti kota lain di Indonesia.  “Pembangunan di Balipapan perlu dirancang dengan baik.  Balikpapan adalah kota penting di Kaltim dan dapat berkembang pesat, mencapai cita-citanya membentuk masyarakat Madani, sejahtera, aman dan sentosa, yang diridhoi Allah Yang Maha Kuasa,” kata ABS.

Lalu dari mana memulai semua itu? ABS mengungkapkan, semuanya diawali dari peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Lalu, disusul peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintahan, pembangunan sarana dan prasarana umum untuk masyarakat, pendidikan dan kesehatan gratis.

Tidak kalah penting, peningkatan muta guru sekolah dan guru-guru agama, paramedis serta pemberian insentif bagi mereka. Selain itu, perlu mengelola sumber daya alam (SDA), agar mampu member manfaat bagi masyarakat secara luas dan mengentas kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Langkah berikutnya, lanjut ABS,  adalah percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, pembinaan dan pemahaman, penghayatan dan pengalaman agama bagi para pemeluknya, serta percepatan pembangunan daerah dengan meningkatkan sumber daya pelaku ekonomi di masyarakat.

Melengkapi obsesi menjadi Kota Lima Dimensi, tegas ABS, para stake holder Balikpapan menjadikan daerahnya sebagai Kota MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exibition).

“Keinginan ini sejak lama digagas dan sekarang sudah kelihatan hasilanya. Sebagai warga Balikpapan kita hendaknya maklum, bahwa untuk mewujudkan Kota MICE itu harus memiliki 3 syarat. Yakni, memiliki bandara bertaraf internasional, memiliki fasilitas akomodasi, sarana dan prasarana penginapan yang berstandar internasional dan lainnya. Alhamdulillah, sebagian besar syarat tadi, kini sudah dimiliki Balikpapan,” ungkapnya.

Yang harus diantisipasi, Kota MICE membuat banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, masuk ke kota ini. Perlu dijaga dampak globalisasi yang datang begitu cepat yang imbasnya bisa saja terjadi pada masyarakat Balikpapan.  Tugas sebagai Kota MICE meminimalisir dampai negatif, banyaknya orang yang berkunjung dan mengambil segala hal yang bermanfaat.

Obsesi Balikpapan menjadi Kota Lima Dimensi, kini mulai terlihat hasilnya. “Tidak ada kata akhir meraih cita-cita. Tinggal bagaimana memaksimalkan semua potensi, agar mampu melangkah cepat dalam mewujudkan obsesi itu,” pungkas ABS yang kini memimpin Partai Berkarya Kaltim dan maju sebagai calon anggota legislatif untuk DPRD Kaltim.(*)

Penulis : RUDI R. MASKUR
Editor : RUDI R. MASYKUR

Share.
Leave A Reply