Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Pemerintah Provinsi Kaltim, dan Kabupaten Berau bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) telah menyelesaikan kerjasama program perkebunan sawit berkelanjutan dan ramah lingkungan, dengan realisasi program mencapai 96 persen.

Selain itu, Sektor Perkebunan berhasil menyumbangkan penurunan emisi sebesar 32 persen lebih dari target Provinsi Kaltim menurunkan emisi sebanyak 20,8 juta to pada Tahun 2021.

Kerjasama dimulai pada 2017 hingga Juni 2022 selama 5 tahun dengan melibatkan Kolaborasi Pemprov Kaltim, Pemkab Berau, YKAN, GIZ (Deutsche Gesellschaft fur International Zusammenarbeit), CPI (Climate Policy Initiative) yang dijajaki sejak 2015 dan perjanjian kerjasama dimulai pada 2017.

Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, Disbun Kaltim adalah satu-satunya yang memiliki program bidang perkebunan berkelanjutan hanya ada di Kaltim.

“Itu seluruh Indonesia hanya ada di Kaltim. Kalian nilai saja. Artinya kami sangat peduli menjalankan prinsip perkebunan berkelanjutan dengan konsisten. Sebab kalau lembaganya tidak kuat bagaimana menjalankan amanah-amanah tadi,” ujarnya, Selasa sore (28/6/2022).

Dikatakannya, Perkebunan sawit berkelanjutan ini ikut memberikan kontribusi pada penurunan emisi di Kaltim. Sektor Perkebunan berhasil menyumbangkan penurunan emisi sebesar 32 persen lebih dari target Provinsi Kaltim menurunkan emisi sebanyak 20,8 juta ton pada Tahun 2021.

Kontribusi sektor lahan didalam perkebunan mencapai 18,9 juta ton. Di perkebunan mampu memberikan kontribusi 32 persen dari dari 18,9 juta ton penuruna gas emisi.

“Total penurunan emisi pada 2021 sebesar 41,96 persen dari target 2021. Dari Sub sektor perkebunan memberikan kotribusi sebesar 6,7 juta ton Co2 atau ekuivalen 32,30 persen capaian penurunan emisi provinsi Kaltim. Jadi perkebunan berkontribusi 32,30 persen terhadap capaian Kaltim,” ungkapnya.

Kerjasama yang dimulai sejak 2017 lalu dan selesai Juni 2022 ini, telah mendapatkan hasilnya kuantitatif mengacu kerjasama yang dilakukan selama 5 tahun.

Ujang menyebut ada 4 hasil kesepakatan bersama, yakni pertama rencana perkebunan sawit didukung informasi data spasial yang sesuai dengan area sawit dan model kelembagaan. Dengan capainya kerjas sudah 99 persen.

“Hasil yang diperoleh mulai dari perda 12, nomor 43, pergub, dan ditetapkan areal indikatif atau ANKT diseluruh kabupaten ada 463 ribu hektar. Program kerjasama kita namakan hasil bersama karena ini hasil bersama,” jelasnya.

Hasil kedua yakni, sistem Izin sawit hanya diberikan kepada lahan yang sesuai dengan rencana perkebunan sawit berkelanjutan. Capaianya sudah 99 persen.

“Kita sudah susun rencana perkebunan, kita miliki RAD KSB, punya peta. Itu jadi acuan kita saat memantau dan mengawasi perizinan yang sudah ada,” paparnya.

Hasil ketiga yakni, Lima kampung di Berau memiliki tataguna lahan dan pembangunan kampung sebagai dasar perjanjian kemitraan secara tertulis dengan perusahaan perkebunan. Itu sudah dilakukan di Berau. Capainya 94 persen.

“Adanya regulasi daerah untuk mendukung keberlanjutan perkebunan sawit dengn pendekatan yuridiksi. Termasuk insentif dan fiscal ini capaian 94 persen. Sekarang sedang susun pergub percepatan yuridiksi dan insentif. Itu kenapa 94 persen karena belum ditandatangani gubernur,” katanya.

Bahwa hasil kerjasama Perkebunan sawit berkelanjutan ini dibagi dua bersifat regulasi dan kelembagaan.

“Ada juga bersifat teknis seperti kapasitas building masyarakat, pembangunan sistem informasi. itu yang sudah kita hasilkan. Kedepanya program kerja 5 tahun yang sudah dihasilkan ini tidak selesai sampai hari ini ditutup tapi ada hasil-hasil yang memerlukan perlu dipakai terus contoh SIP kebun, kalau tidak dipakai ya selesai. Tapi karena kita pelihara maka itu dipastikan dapat bermanfaat dan memberikan dampak kedepannya,”paparnya.

Program ini meletakkan hasil yang berdampak, yang bergantung pada pemerintahan.

“Yang melaksanakan kegiatan itu adalah kami,” katanya.

Manager YKAN Nil Makinudin menambahkan Yang fundamental dari perkebunan sawit berkelanjutan adalah intensifikasi perkebunan. Mendongkrok meningkatkan produk sawit perhektarenya dengan mengoptimalkan yang ada. Dengan cara peremajaan kebun, bibit yang baik sertifikat, pemupukan.

“Ini kebijakan lahir dari proses ilmiah, dialog, kondisi lapangan. Ini penting karena kalau ekstensifikasi berarti masih ada pembukaan lahan berarti masih ada emisi padahal judul proyeknya mengurangi emisi,” bebernya.

Dia menambahkan dari program ini ada 495 ribu luasan hektar yang berhasil diselamatkan dengan perhitungan terjadi penurunan karbon dioksida sebanyak 175 juta selama lima.

“Itu perhitungan konservatif ya kan ada pesimis ada optimis itu sekitar 175 juta ton karbon dioksida,” tutupnya.

Share.
Leave A Reply