Jakarta-Gerbangkaltim.com -Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan agar pengguna sosial media selalu menyebarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini dia sampaikan perihal Refleksi Akhir Tahun 2022 yang akan segera tiba, pada hari Kamis (29/12/2022).

Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa tantangan bangsa Indonesia kedepannya sangat berat.

“Pandemi COVID-19 yang masih terus menghantui, ditambah dengan keadaan ekonomi global yang terpuruk seiring dengan adanya pandemi dan konflik ketegangan dunia yang semakin ganas. Mereka semau adalah persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia,” jelasnya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini memberikan pemikirannya sebagai solusi penguatan bangsa dan negara Indonesia menghadapi tantangan-tantangan itu.

“Saatnya (bangsa Indonesia) bersama-sama memiliki visi mengedepankan negara dan bangsa dibandingkan pribadi dan golongan. Nilai persaudaraan harus dilakukan, karena sejatinya nilai itu bisa menghadapi kesulitan yang ada di depan mata,” tuturnya.

Nilai persaudaraan, tegasnya, terwujud dalam sikap gotong royong, yang tertuang juga di Pancasila.

“Gotong royong menghadapi tantangan adalah jalan yang terbaik. Berpikir dan bertindak serta berperilaku bangsa Indonesia sebagai satu bangsa adalah dengan bergotong royong. Marilah kita mencoba membangun budaya yang positif, mengembangkan relasi menjadi harmonis, dan menerima perbedaan,” katanya.

Salah satu pendiri Settara Institute ini menyerukan agar pengguna sosial media di Indonesia juga ikut menyertakan nilai persatuan lewat gerakan gotong royong.

“Sosmed harus menjadi tempat merajut persaudaraan dan menjadi titik temu perbedaan, bukan memperkeruh suasana. Pengguna (sosmed) harus menyadari bahwa hidup itu bersama-sama, sehingga persatuan diutamakan, kepentingan pribadi dan golongan dikesampingkan,” imbuhnya.

Aktivis Forum Kajian Demokrasi dan HAM itu mengatakan bahwa dalam bermedsos, etika kepantasan sangat diperlukan untuk menekan angka penyebaran hoaks maupun ujaran kebencian berbasis Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).

“Etika kepantasan publik sangat dibutuhkan. Hoaks, SARA, dan penghinaan atas nilai luhur bangsa adalah catatan buruk bagi keadaban publik,” ucapnya. “Dibutuhkan kesadaran bersama seluruh bangsa Indonesia, terkhususnya anak muda, sebagai pengguna dan penikmat sosmed yang produktif, sebagai sarana merajut persaudaraan dan keutuhan bangsa Indonesia yang beragam ini.”

Menurut Benny, menjaga keutuhan bangsa, harus dengan memiliki kesadaran etis, sehingga nilai persatuan terwujud, dimana juga mewujudkan nilai-nilai Pancasila, dengan menjaga perasaan dan tidak cenderung memojokkan keyakinan atau kebudayaan masyarakat lainnya.

“Mari bersatu, bela rasa, dan tunjukkan serta majukan kemanusiaan. Karena dari situlah, kita bertemu dengan titik temu kebersamaan dan persatuan, sehingga mampu bergotong royong menghadapi tahun baru dan tantangannya,” sebutnya.

“Oleh karena itu, mari, bangsa Indonesia, sebagai salah satu bangsa pengguna sosial media terbesar di dunia, kita rayakan tahun baru dengan merajut tali persaudaraan dan persatuan. Tinggalkan rasa keakuan dan kepentingan golongan, mari serukan gotong royong dan nilai kemanusiaan. Niscaya, tahun 2023 adalah tahun yang baik untuk kita semua,” tutupnya.

Share.
Leave A Reply