Balikpapan Alami Inflasi 0,03%, PPU Catat Deflasi 0,48% pada Oktober 2025

BI
Perhiasan emas salah satu penyebab terjadinya inflasi di Kota Balikpapan, Rabu (5/11/2025).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com — Kota Balikpapan mencatat inflasi sebesar 0,03 persen (mtm) pada Oktober 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun kalender (Januari–Oktober 2025) di Balikpapan mencapai 1,37 persen (ytd) dan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,81 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,86 persen (yoy) maupun rata-rata inflasi empat kota di Kalimantan Timur sebesar 1,94 persen (yoy). Realisasi tersebut masih berada dalam sasaran inflasi nasional tahun 2025, yakni 2,5 ± 1 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa inflasi Balikpapan utamanya dipicu oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,26 persen (mtm).
Lima komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni emas perhiasan, air kemasan, semangka, kangkung, dan jeruk.

“Kenaikan harga emas perhiasan didorong peningkatan permintaan di tengah tren harga emas dunia yang masih naik. Harga air kemasan naik karena penyesuaian distributor akibat meningkatnya biaya distribusi imbas antrean BBM solar,” ujar Robi, Rabu (5/11/2025)
Kenaikan harga semangka dan kangkung dipengaruhi terbatasnya pasokan akibat curah hujan tinggi, sedangkan harga jeruk naik karena pasokan lokal dan impor yang berkurang.

Sementara itu, tekanan deflasi di Balikpapan bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,16 persen (mtm).
Lima komoditas penyumbang deflasi tertinggi adalah bawang merah, ikan layang, angkutan udara, kacang panjang, dan baju muslim anak.

Penurunan harga bawang merah dan kacang panjang dipicu oleh melimpahnya pasokan dari daerah sentra produksi Sulawesi dan Jawa. Ikan layang turun karena pasokan meningkat, sedangkan tarif angkutan udara melemah mengikuti musim sepi (low season). Baju muslim anak mengalami penurunan harga karena suplai meningkat di tengah permintaan yang melemah.

PPU Catat Deflasi 0,48 Persen

Berbeda dengan Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mencatat deflasi 0,48 persen (mtm) pada Oktober 2025. Inflasi tahun kalender PPU mencapai 1,52 persen (ytd) dan secara tahunan tercatat 2,47 persen (yoy). Meski lebih rendah dari nasional (2,86 persen), angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi empat kota di Kaltim (1,94 persen).

Deflasi PPU terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,68 persen (mtm). Lima komoditas penyumbang deflasi terbesar yakni ikan tongkol, ikan layang, tomat, cabai rawit, dan bawang merah.

Harga ikan tongkol dan ikan layang turun seiring meningkatnya hasil tangkapan nelayan, sementara tomat, cabai rawit, dan bawang merah mengalami penurunan harga akibat musim panen di Sulawesi dan Jawa pada pertengahan Oktober 2025.

Adapun lima komoditas penyumbang inflasi di PPU meliputi nasi dengan lauk, emas perhiasan, daging ayam ras, sigaret kretek mesin (SKM), dan sigaret kretek tangan (SKT). Kenaikan harga nasi dengan lauk disebabkan meningkatnya harga bahan lauk seperti sayuran dan protein hewani.
Harga daging ayam ras naik akibat kenaikan biaya pakan dan bibit, sementara kenaikan harga rokok dipengaruhi oleh transmisi cukai hasil tembakau (CHT) dan penyesuaian harga jual eceran (HJE) sejak awal tahun 2025.

Risiko Inflasi ke Depan

Bank Indonesia Balikpapan menilai, tekanan inflasi masih berpotensi meningkat seiring puncak musim hujan di akhir 2025 yang berisiko mengganggu pasokan hortikultura.
Selain itu, peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) juga berpotensi mendorong kenaikan harga apabila tidak diimbangi pasokan memadai.

Optimisme masyarakat terhadap ekonomi Balikpapan terus menguat. Hasil Survei Konsumen BI Balikpapan menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2025 mencapai 119,3, meningkat dari 118,3 pada September 2025. Nilai tersebut menunjukkan tingkat optimisme (indeks >100), didorong oleh persepsi positif terhadap ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan.

Kuatnya daya beli masyarakat turut tercermin dari pertumbuhan transaksi QRIS di Balikpapan yang melonjak 150,31 persen (yoy) pada September 2025, lebih tinggi dibanding Agustus 2025 sebesar 146,51 persen (yoy). Pertumbuhan signifikan juga tercatat di PPU sebesar 160,34 persen (yoy).

Langkah Pengendalian Inflasi

Kantor Perwakilan BI Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Balikpapan, PPU, dan Paser terus memperkuat koordinasi pengendalian harga.
Upaya yang dilakukan meliputi:

1. Pemantauan harga bahan pokok secara rutin dan pelaksanaan sidak pasar;

2. Identifikasi dan mitigasi risiko harga melalui high level meeting TPID;

3. Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) dan efektivitas toko penyeimbang;

4. Gelar pangan murah dan operasi pasar hingga tingkat kelurahan;

5. Gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk produksi hortikultura.

Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas harga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi daerah tetap terkendali dalam target nasional 2,5 ± 1 persen sesuai roadmap pengendalian inflasi daerah 2025–2027.

Tinggalkan Komentar