Dihadiri 600 Peserta, Balikpapan Tuan Rumah Semiloka Ke 5 APKESMI

Pemkot Balikpapan
Wakil Wali Kota Balikpapan Dr Ir H Bagus Susetyo, MT didampingi Ketua Umum APKESMI Kusnadi saat melakukan pengguntingan pita menandai Expo dan Semiloka Nasional ke-5 yang digelar Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) di Kota Balikpapan, sejak 23-26 Juli 2025 mendatang.

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Sebanyak 600 orang dari berbagai daerah di Indonesia menghadiri kegiatan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Nasional ke-5 yang digelar Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) di Kota Balikpapan, sejak 23-26 Juli 2025 mendatang. Kegiatan ini akan menjadi wadah strategis dalam memperkuat pelayanan puskesmas sebagai ujung tombak sistem kesehatan nasional.

Acara Semiloka ke-5 ini turut dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Pengurus Dewan Pakar APKESMI, serta tokoh-tokoh kesehatan nasional. Sebagian pejabat dari Kementerian Kesehatan RI juga mengikuti secara daring

Wakil Wali Kota Balikpapan Dr Ir H Bagus Susetyo, MT mengatakan, Pemkot Balikpapan memberikan apresiasi dengan digelarnya agenda nasional ini di Kota Balikpapan. Kegiatan diharapkan akan memberi dampak positif, tidak hanya untuk sektor kesehatan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Pemkot Balikpapan sangat mengapresiasi kegiatan nasional seperti ini. Selain memperkuat sektor kesehatan, juga berdampak pada sektor lain seperti perhotelan, kuliner, wisata, hingga UMKM lokal,” ujarnya, Rabu (23/7/2025).

Dikatakannya, Kota Balikpapan memiliki kapasitas sebagai kota penyelenggara kegiatan berskala nasional. Pasalnya, Kota Balikpapan dikenal sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

“Kita ingin menunjukkan bahwa Balikpapan punya fasilitas lengkap untuk menggelar berbagai event nasional. Harapannya, peserta merasa nyaman, hotel-hotel penuh, kuliner kita laris, wisata pun bergerak, dan tentunya masyarakat juga harus ikut andil dalam memberikan pelayanan yang ramah dan menyenangkan,” ungkapnya.

Semiloka diharapkan menghasilkan rekomendasi konkret

Dalam kesempatan itu, Wakil Wali Kota Balikpapan berharap, Semiloka ini menghasilkan rekomendasi konkret untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas puskesmas, terutama di daerah-daerah yang masih kekurangan tenaga kesehatan.

“Saya tadi sempat menyinggung hal ini, mudah-mudahan bisa didengar oleh Kementerian Kesehatan. Kita masih kekurangan dokter spesialis dan tenaga kesehatan, baik di Balikpapan maupun wilayah pedalaman di Kalimantan Timur,” imbuhnya.

Bagus juga menyinggung pentingnya dukungan dari pemerintah pusat untuk membuka kembali formasi CPNS bagi tenaga kesehatan dan pendidikan.

“Selain kesehatan, sektor pendidikan juga menghadapi tantangan yang sama. Jumlah guru masih kurang, sementara sekolah dan fasilitas sudah mulai tersebar merata. Harus ada langkah konkret,” jelasnya.

Fokus pada penguatan struktur layanan dan perluasan akses

Sementara itu, Ketua Umum APKESMI Kusnadi, menegaskan pentingnya memperkuat posisi puskesmas dalam sistem kesehatan nasional.

“Kita tahu beban yang ditanggung teman-teman di puskesmas tidak ringan. Maka dari itu, forum seperti ini sangat penting, sebagai ruang untuk saling berbagi, menguatkan, dan mencari solusi bersama,” ujarnya.

Dengan mengusung tema “Penguatan Peran Secara Diskusional dalam Implementasi Integrasi Layanan BIMER dan Program BIPIN Guna Meningkatkan Akses ke Puskesmas Masyarakat,” pertemuan ini berfokus pada dua hal mendasar: penguatan struktur layanan dan perluasan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan primer.

“Visi kita jelas: Puskesmas Kuat, Indonesia Sehat. Jika puskesmas kuat dari sisi sarana, SDM, dan anggaran, maka kita bisa menekan angka rujukan ke rumah sakit. Masyarakat akan merasa cukup ditangani di tingkat pertama,” jelasnya.

Memperkuat puskesmas bukanlah perkara sederhana

Diakuinya, memperkuat puskesmas bukanlah perkara sederhana. Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian kebijakan nasional terus mewarnai dunia layanan kesehatan primer. Dari akreditasi lembaga, integrasi layanan primer (ILP), program kesehatan gigi (PKG), hingga sistem informasi kesehatan (SIK)semuanya menuntut kesiapan puskesmas untuk terus beradaptasi, bahkan berlari.

“Saat ini, kita tidak bisa hanya duduk atau berjalan kaki. Kita harus berlari. Baru selesai akreditasi, datang ILP. ILP belum selesai, muncul PKG. Lalu disusul dengan SIK,” ujar Kusnadi dengan nada reflektif.

“Ini semua menuntut tenaga, waktu, dan tentu saja semangat kolektif,” tegasnya.

Menurutnya, transformasi sistem kesehatan di Indonesia tidak bisa hanya dibebankan pada tenaga kesehatan secara individual. Perlu ada kekuatan struktural dan kelembagaan, dan di situlah peran APKESMI menjadi sangat krusial.

“APKESMI bukan hanya organisasi, tapi rumah bersama. Di sinilah kita bisa bicara jujur, menyampaikan tantangan, dan memperjuangkan perbaikan. Kalau kita tidak bersatu, maka kita akan semakin terpinggirkan,” ungkapnya.

Mewujudkan Indonesia Sehat mulai dari bawah

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peran unik: menyentuh langsung masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang jauh dari fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Artinya, kekuatan puskesmas bukan hanya dilihat dari jumlah pasien yang datang, tetapi juga dari keberhasilannya mencegah penyakit dan menjaga kualitas hidup masyarakat.

Dalam pertemuan APKESMI kali ini, diskusi-diskusi panel digelar dengan pendekatan dialogis. Isu-isu teknis dan kebijakan dibedah, dari implementasi layanan terpadu BIMER (Bina Masyarakat Mandiri dan Responsif), hingga tantangan pelaksanaan Program BIPIN (Bimbingan dan Penguatan Informasi Kesehatan).

Para peserta yang terdiri dari kepala puskesmas, koordinator layanan, hingga tenaga teknis. Saling bertukar pengalaman. Beberapa daerah berbagi kisah sukses mereka dalam mengintegrasikan program dengan melibatkan kader posyandu, tokoh masyarakat, hingga kolaborasi lintas sektor dengan kecamatan dan lembaga pendidikan.

Tinggalkan Komentar