Komitmen Jual 10 Persen Dibawah Harga Pasar, Perusda Terkendala Stok dan Harga Beras

Pemkot Balikpapan
Perusda Manuntung Sukses Balikpapan menyatakan saat ini pihaknya terus berusaha memenuhi ketersediaan dan stabilitas bahan kebutuhan pokok penting (bapokting) terutama beras di pasaran, Rabu (5/8/2025).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Perusahaan Daerah (Perusda) Manuntung Sukses Balikpapan menyatakan saat ini pihaknya terus berusaha memenuhi ketersediaan dan stabilitas bahan kebutuhan pokok penting (bapokting) terutama beras di pasaran. Namun demikian harus diakui upaya ini memiliki sejumlah tantangan terutama terkait harga dan distribusinya.

Direktur Perusda Manuntung Sukses, Andi Sangkuru mengatakan, saat ini kendala utama hanya soal keterbatasan stok, tetapi juga regulasi harga yang memengaruhi distribusi. Dimana, saat ini pihaknya memiliki stok beras sebanyak 1,9 ton yang masih berada di pabrik dan belum dapat dikirim karena kendala distribusi.

“Kami sudah beli, tapi pengirimannya masih terkendala. Jadi stoknya masih di posisi pabrik,” ujarnya, Rabu (6/8/2025).

Komitmen menjual 10 persen harganya dibawah pasaran

Meski ada tantangan tersebut, katanya, Perusda Manuntung Sukses Balikpapan berkomitmen untuk menjual beras dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

“Kami tidak menetapkan harga, tapi kami berusaha menjual 10 persen, di bawah harga pedagang,” ucapnya.

Disisi lain, lanjutnya, komitmen ini juga dihadapkan pada persoalan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang belakangan menjadi perbincangan. Dimana, beberapa distributor mengeluhkan harga beli dari pabrik yang sudah menyentuh HET, sehingga sulit untuk menjualnya kembali tanpa mengalami kerugian.

“Belinya saja sudah di harga HET, gimana jualnya? Makanya kami masih berkoordinasi dengan Pemkot bagaimana jalan keluarnya. Karena kalau kami mengikuti HET, berarti kami tidak akan bisa menjual,” ucapnya.

Andi Sangkuru menambahkan, jika Perusda memaksakan penjualan dengan HET, maka kemungkinan besar stok akan kosong karena tidak ada pasokan baru yang masuk.

“Tujuan kami kan untuk menyeimbangkan ketersediaan dan mengendalikan harga. Tapi daripada melanggar aturan, kami harus mengikuti aturan yang ada,” ucapnya.

Kios Penyeimbang dan Kios Gesit Jadi Solusi

Sementara itu untuk mengatasi keterbatasan pasokan bapokting ini, katanya, Perusda Manuntung Sukses mengaktifkan dua jenis kios sebagai bagian dari upaya stabilisasi harga. Selain kios penyeimbang yang bertujuan untuk mengendalikan harga, Perusda juga memiliki brand “Gesit” yang merupakan singkatan dari Gerakan Stabilisasi Inflasi Terkendali.

“Operasi pasar itu punya Pemkot, kami punya brand Gesit. Kami menyediakan beras, minyak goreng, gula, dan telur,” ungkapnya.

Dikatakannya, saat ini ada dua kios penyeimbang di Balikpapan, tepatnya di Pasar Pandansari dan Pasar Klandasan. Kedua kios ini buka setiap hari kecuali hari Senin. Namun, Andi mengakui bahwa stok beras yang tersedia di kios-kios tersebut tidak terlalu banyak.

“Untuk komoditi yang ready, ada beras, minyak goreng, gula, dan telur. Tapi berasnya tidak banyak karena kami tidak bisa bikin stok yang melimpah,” paparnya.

Produksi Beras Lokal yang Terbatas
Andi juga menyoroti permasalahan pasokan beras dari Sulawesi yang menjadi salah satu sumber utama bagi Balikpapan.

“Di Balikpapan kan tidak ada produksi beras skala besar. Dari informasi yang kami dapat, pabrik di Sulawesi juga kesulitan mendapatkan gabah,” imbuhnya.

Hal ini disebabkan oleh adanya aturan bahwa gabah kering petani (GKP) wajib dibeli oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram.

“Petani suka dengan harga itu karena mereka untung, sehingga mereka lebih baik menjual ke Bulog daripada ke pabrik-pabrik swasta,” ungkapnya.

Kondisi ini menambah kompleksitas bagi Perusda dalam memastikan ketersediaan beras dengan harga stabil bagi masyarakat Balikpapan.

Tinggalkan Komentar