Dinsos Balikpapan Dorong Edukasi dan Pemberdayaan ODGJ

Balikpapan, Gerbangkaltim.com— Pandangan keliru terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) masih menjadi tantangan serius di masyarakat. Banyak yang masih mengaitkan gangguan mental dengan hal mistis atau kutukan, padahal kondisi tersebut merupakan masalah kesehatan yang bisa dijelaskan secara medis.
Dinas Sosial (Dinsos) Kota Balikpapan kini mengambil langkah tegas untuk meluruskan persepsi tersebut. Melalui edukasi publik dan pendekatan inklusif, pemerintah kota berupaya membangun lingkungan yang ramah dan mendukung pemulihan bagi penyintas gangguan jiwa.
Luruskan Mitos, Bangun Pemahaman Ilmiah
Kepala Dinsos Balikpapan, Edy Gunawan menegaskan, stigma negatif terhadap ODGJ hanya memperparah kondisi psikologis dan sosial mereka. Ia menyebut, langkah awal untuk menciptakan perubahan adalah dengan memperbaiki pemahaman masyarakat tentang gangguan jiwa.
“ODGJ bukanlah ancaman atau aib keluarga. Mereka adalah individu yang sedang berjuang untuk pulih dan berhak mendapat perlakuan adil,” ujar Edy, Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, sebagian besar ODGJ sebenarnya bisa hidup produktif dan berdampingan dengan masyarakat, asalkan mendapat dukungan medis, konseling, serta peran aktif keluarga.
“Gangguan jiwa bukan kutukan, tapi kondisi kesehatan yang bisa ditangani. Faktor penyebabnya bisa berasal dari tekanan psikologis, ketidakseimbangan biologis, hingga masalah sosial,” terangnya.
Program Sosial dan Rehabilitasi Terpadu
Dinsos Balikpapan menjalankan program terpadu yang menyentuh tiga aspek utama: medis, sosial, dan edukatif. Sosialisasi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari sekolah, RT, hingga komunitas warga. Tujuannya untuk menanamkan kesadaran bahwa ODGJ memiliki hak yang sama dalam kehidupan sosial.
Selain edukasi, pendekatan berbasis keluarga juga diperkuat. Keluarga didorong untuk menjadi garda terdepan dalam proses pemulihan agar anggota ODGJ tidak merasa terasingkan.
“Keluarga adalah fondasi utama. Dukungan mereka bisa mempercepat proses penyembuhan,” tambah Edy.
Dorong Kemandirian Lewat Pemberdayaan Ekonomi
Tak hanya fokus pada pemulihan mental, Dinsos juga membuka peluang bagi ODGJ untuk kembali produktif. Sejumlah pelatihan keterampilan diselenggarakan, seperti pembuatan kerajinan tangan, bercocok tanam, hingga pelatihan usaha mikro.
“Ketika mereka diberi kesempatan untuk berkarya, masyarakat pun mulai melihat potensi, bukan keterbatasan,” ujar Edy.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya membangun kemandirian ekonomi bagi penyintas gangguan jiwa, sekaligus mengikis rasa takut atau malu yang masih sering muncul di tengah masyarakat.
Sinergi dan Empati Jadi Kunci
Program pemulihan dan pemberdayaan ODGJ ini tak berdiri sendiri. Dinsos Balikpapan menggandeng Dinas Kesehatan, rumah sakit, dan berbagai lembaga sosial untuk memastikan setiap langkah berjalan komprehensif.
Edy menegaskan bahwa empati masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini.
“Perubahan besar dimulai dari hal kecil. Saat kita memilih untuk menghargai dan tidak menjauh, di situlah proses penyembuhan sesungguhnya dimulai,” tuturnya.
Menuju Kota Inklusif dan Manusiawi
Lewat pendekatan holistik ini, Dinsos Balikpapan menargetkan terwujudnya kota yang peduli, inklusif, dan manusiawi, tempat setiap individu, termasuk ODGJ, memiliki kesempatan yang sama untuk hidup layak dan bahagia.
“Mari bersama hentikan stigma. ODGJ bukan untuk dijauhi, tapi untuk didukung. Dengan saling memahami, kita membangun Balikpapan sebagai kota yang penuh kasih dan kepedulian,” pungkas Edy.
BACA JUGA