Hutan Tesso Nilo Kian Habis, Sawit Ilegal Menguasai Kawasan Konservasi

Tesso Nilo
Bersama Tesso Nilo, menjaga habitat Gajah Sumatera dan keanekaragaman hayati di tengah ancaman perambahan dan kebakaran. đź’•

Gerbangkaltim.com, Riau – Kondisi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) kembali menjadi sorotan setelah berbagai unggahan resmi di akun Instagram Balai Taman Nasional Tesso Nilo (@btn.tessonilo) menunjukkan fakta lapangan yang memprihatinkan. Kawasan konservasi yang seharusnya menjadi benteng terakhir hutan dataran rendah di Sumatra itu kini sebagian besar telah berubah menjadi lahan sawit ilegal dan permukiman tanpa izin.

Dari pantauan tim BTN Tesso Nilo, lebih dari separuh kawasan taman nasional kini tak lagi menyisakan tutupan hutan. Hamparan sawit yang telah berusia puluhan tahun tampak mendominasi area yang dulunya menjadi habitat penting Gajah Sumatera dan Harimau Sumatera. “Ini bukan kebun baru. Sawit-sawit ini telah lama ditanam secara ilegal di dalam kawasan konservasi,” tulis @btn.tessonilo dalam salah satu unggahannya.

Masifnya perambahan terjadi secara bertahap selama lebih dari satu dekade, hingga membentuk blok kebun skala besar yang terstruktur. Banyak di antaranya diduga dikelola pihak luar dengan dukungan pendanaan kuat. Kondisi ini menimbulkan tekanan besar pada ekosistem, menyebabkan hilangnya jalur jelajah satwa liar serta memicu peningkatan konflik satwa–manusia di sekitar kawasan.

Ketika pemerintah mulai melakukan penertiban pada 2025, ketegangan di lapangan tak terhindarkan. BTN Tesso Nilo melaporkan beberapa kasus perusakan portal taman nasional serta upaya massa untuk membuka kembali akses ilegal. Dalam unggahan lainnya, terlihat petugas gabungan TNI, Polri, dan Polisi Hutan melakukan pengamanan ketat untuk mencegah eskalasi.

“Segala bentuk kebun sawit dan pemukiman di dalam taman nasional adalah ilegal dan melanggar undang-undang,” tegas pihak balai melalui akun Instagram resminya. Mereka juga menambahkan bahwa tidak ada sertifikat atau dokumen hukum apa pun yang berlaku di dalam kawasan konservasi. Ini menepis narasi sebagian pihak yang mengklaim memiliki hak atas lahan di dalam TNTN.

Pemerintah melalui Balai Taman Nasional Tesso Nilo telah memulai langkah-langkah pemulihan ekosistem, termasuk pembongkaran pondok liar, pemusnahan bibit sawit ilegal, serta pemasangan tanda batas baru. Ribuan bibit pohon disiapkan untuk menghijaukan kembali area yang telah rusak. Kendati demikian, tantangan besar menanti: lahan yang sudah lama menjadi kebun sawit perlu perlakuan khusus agar bisa dipulihkan menjadi hutan.

Meski menghadapi tekanan, BTN Tesso Nilo menegaskan komitmennya menjaga integritas kawasan. Mereka terus mengunggah informasi edukatif, dokumentasi lapangan, dan klarifikasi berbagai isu yang berkembang. Publik diajak untuk memahami bahwa taman nasional bukan area untuk perkebunan atau pemukiman, tetapi wilayah yang ditujukan sepenuhnya untuk konservasi.

Pengamat lingkungan menilai bahwa keberhasilan pemulihan TNTN membutuhkan dukungan semua pihak, mulai dari masyarakat lokal, pemerintah daerah, hingga lembaga konservasi internasional. Jika penertiban berhenti di tengah jalan, kekosongan pengawasan bisa kembali dimanfaatkan oleh perambah.

Tesso Nilo masih memiliki peluang pulih, tetapi waktu semakin mendesak. Tanpa penegakan hukum yang konsisten dan kolaborasi jangka panjang, salah satu hutan dataran rendah tersisa di Sumatra ini terancam hilang selamanya.

Sumber: Instagram @btn.tessonilo

Tinggalkan Komentar