Oleh :Kasrani Latief

Misi penting yang dibawa Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebuah misi yang sangat mulia dan tidak semua orang mampu untuk mengemban amanah ini. Kondisi geografis dan sosiologis bangsa Arab yang luar biasa “minus” di masa itu sungguh menjadi perpaduan komplit beratnya perjuangan Nabi Muhammad saw. Namun karena bimbingan Allah SWT jualah, karakter masyarakat jahiliyah itu mampu berubah bahkan mengubah tatanan dunia hanya dalam dua dekade.

Sejak beberapa tahun yang lalu penyelenggara pendidikan di Indonesia baik sekolah negeri maupun swasta, menyelenggarakan pendidikan karakter. Pendidikan ini berkembang karena para pakar pendidikan di Indonesia mengakui bahwa sistem pendidikan yang telah ada, khususnya dalam bidang kepribadian (karakter) telah gagal dilakukan. Kegagalan ini setidaknya diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta, seorang yang telah lama bergelut dalam dunia pendidikan. Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan yang Memekarkan Rasa, ia mengatakan: “Pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- hari.

Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.

Puasa diharapkan melahirkan orang yang berkarakter, yaitu orang yang bertaqwa, memiliki integritas (nafs al-mutmainnah) dan beramal saleh. Aktualisasi orang yang berkualitas ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan akhlak budi pekerti yang luhur karena memiliki personality (integritas, komitmen dan dedikasi), capacity (kecakapan) dan competency yang bagus pula (professional).

Betapa tidak, sebulan penuh Allah SWT mendidik manusia yang beriman pada ranah afektif agar menjadi pintar merasa dan bukan merasa pintar. Rasa lapar dan dahaga serta kemampuan mengekang nafsu menjadi upaya memunculkan rasa empati, kepekaan, dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama manusia bahkan alam semesta. Boleh jadi orang yang berpuasa hanya merasa lapar dan haus sehari saja, sementara di luar sana ada banyak orang yang menahan lapar selama berhari-hari. Saling berbagi antar sesama menjadi syariat penting dengan ganjaran pahala berlipat agar makin terasah kepekaan sosial terhadap sesama. Inilah proses pendidikan dan latihan yang Allah turunkan agar manusia tetap terjaga kualitas sosialnya.

Dengan demikian di Bulan Puasa Ramadhan 1445 H diharapkan akan melahirkan siswa-siswi berkarakter di Indonesia umumnya dan khususnya Kabupaten Paser, yang tentunya akan mendukung Visi Bupati Paser mewujudkan Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera) dan mewujudkan Indonesia EMAS 2045. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 145 H, semoa kita semua menjadi manusia yang berkarakter dan bertaqwa.

 

Penulis: Ketua I Komnasdik Kaltim

Share.
Leave A Reply