Oleh : Ropii Wartono

“Ada resiko politik jika Fahmi menggandeng calon wakilnya dari partai politik selain PKB yakni menjadi sandungan bagi kepentingan estafet kepemimpinannya ”

KUATNYA petahana Fahmi Fadli dan diprediksi bakal terpilih kembali pada pemilihan kepala daerah November mendatang, membuat suasana gegap gempita politik di Kabupaten Bumi Daya Taka ini tidak terasakan, meski hajatan demokrasi lokal sudah semakin dekat. Akankah Fahmi Fadli melawan kotak kosong.?

Perlu diketahui, sampai saat ini, kecuali PKB yang mencalonkan kembali Fahmi Fadli sebagai Bupati Paser, belum ada partai lain yang mengumumkan siapa bakal cabupnya. Partai Golkar yang memiliki ‘tiket’ untuk mengajukan calonnya sendiri juga belum mengumumkan secara terang-terangan siapa calon yang bakal diusung.

Dari hasil pleno perolehan kursi DPRD Paser yang telah ditetapkan KPU Paser , hanya dua partai yang bisa mengajukan calon bupati dan wakil bupati tanpa harus berkoalisi dengan partai lain, yakni Partai PKB dan Partai Golkar.

Partai PKB yang dikomandani Fahmi Fadli meraih 12 kursi DPRD Paser sementara Partai Golkar meraih 7 kursi. Untuk bisa mengusung calon minimal syarat dukungan 6 kursi di DPRD.

Salah satu karakter politik Partai Golkar adalah mengusung calon sendiri ketika kursi yang diperoleh telah memenuhi syarat. Namun karakter tersebut belum terlihat di Partai Golkar Kabupaten Paser. Apakah ini mengindikasikan Partai Golkar akan kembali berkoalisi dengan PKB seperti pada periode pertama kepemimpinan Fahmi Fadli..?

Di sisi lain, partai -partai lain yang kursinya tidak cukup mengajukan calon dan harus berkoalisi dengan partai lain kemungkinan besar berpikir ulang. Dan bisa jadi mereka akan bersikap pragmatis melihat realitas politik saat ini. Yakni berkoalisi dengan partai yang calonnya berpotensi menang pilkada dari pada harus membuang-buang energi dan modal untuk melawan petahana. Jika semua partai politik bersikap realistik seperti demikian, maka peluang Fahmi melawan kotak kosong bisa saja terjadi.

Orang politik atau profesional..?

Prediksi bakal terpilihnya kembali Fahmi Fadli sebagai Bupati Paser pada Pilkada November nanti, membuat dskusi politik tentang siapa calon bupati yang akan berkompetisi melawan petahana tidak lagi menarik, sebaliknya publik lebih tertarik pada sosok yang akan dipilih Fahmi Fadli sebagai pendampingnya di pilkada nanti.

Saat ini, yang santer terdengar bakal mendampingi Fahmi Fadli sebagai calon wakil bupati adalah Maslekhan, mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Paser. Bagi PKB, Maslekhan yang warga Nahdliyyin bukan orang baru, sebab ia menjabat Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Paser. Seperti diketahui NU dan PKB memiliki ikatan emosional dan historis, sehingga Maslekhan memiliki peluang mendampingi Fahmi Fadli yang juga ketua DPC PKB Paser. Saking santernya Maslekhan bakal menjadi pendamping Fahmi Fadli, ada ‘joke’ politik yang mempelesetkan kata “MAS’ dalam PASER MAS, sebagai kependekan dari nama Maslekhan.

Calon Wabup lainnya, yang sering terdengar adalah Katsul Wijaya, yang sekarang menjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Paser. Nama Katsul Wijaya juga patut diperhitungkan. Di mata Bupati Fahmi, Katsul adalah sosok “good boy” yang sangat loyal kepada pimpinan, karena itulah jabatan sekda tetap dipercayakan kepada Katsul, meski beberapa waktu lalu santer terdengar bakal diganti akibat ia berpolitik praktis. Namun hal itu tidak dilakukan Bupati Fahmi. Dan hubungan keduanya semakin mesra ketika Katsul mendapat rekomendasi untuk mencalonkan sebagai Ketua KONI Paser.

Jika Maslekhan dan Katsul Wijaya, adalah dua orang yang berlatar belakang profesional birokrat. Apakah berati calon pendamping berlatar belakang politisi, tidak memiliki peluang..? Tentu tidak, bahkan kabarnya ada juga calon dari partai lain yang berhasrat dijadikan wakilnya. Hanya saja, mereka malu-malu, meskipun dalam hatinya mau.

Namun jika kita melihat bahwa periode lima tahun ke depan adalah jabatan periode kedua dan Fahmi secara konstitusi tidak bisa mencalonkan lagi sebagai bupati, maka peluang calon pendamping dari partai lain kemungkinan kecil terjadi kecuali jika calon tersebut masih satu partai.

Ada resiko politik jika Fahmi menggandeng wakilnya dari partai politik. Yakni berpotensi menjadi lawan politik bagi kader PKB yang akan maju ketika periode kedua Fahmi berakhir. Apalagi PKB memiliki stok kader yang mumpuni untuk melanjutkan estafet kepemimpinan di pemerintahan paska Fahmi Fadli. Sebut saja nama Hendra Wahyudi (ketua DPRD Paser, Abdurrahman KA (Anggota DPRD Kaltim), Indra Pardian (anggota DPRD Paser) Edwin Santoso (Anggota DPRD Paser) dan Yenni Eviliana (anggota DPRD Kaltim. Di luar kader PKB ada Sinta Rosma Yenti yang baru terpilih ssbagai anggota DPD RI di pemilu 2024.

Jika calon pendamping dari partai politik kemungkinan kecil dipasangkan dengan Fahmi Fadli, maka Maslekhan dan Katsul Wijaya berpeluang menjadi wakilnya pada pilkada November nanti. Baik Maslekhan maupun Katsul Wijaya memang belum memberi tanggapan soal itu. Namun di media sosial mereka ramai dibicarakan warga netizen. Demikian juga Fahmi Fadli ketika ditanya wartawan soal siapa calon wakilnya. Ia hanya mengatakan masalah calon wakil bupati masih digoreng-goreng, digodok-godok dan diuleg-uleg dulu. Jadi tunggu saja. Siap Pak..!!

*penulis : Jurnalis Freelance

Share.
Leave A Reply