Masalah Stunting di Balikpapan Lebih Dipengaruhi Pola Asuh dan Kesadaran Gizi daripada Faktor Ekonomi

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Kasus stunting di Kota Balikpapan masih menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Dimana permasalahan tersebut tidak berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat, melainkan lebih banyak dipicu oleh rendahnya kesadaran gizi dan pola asuh yang kurang tepat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Balikpapan, Alwiati, menegaskan, sebagian besar orang tua belum memahami pentingnya memperhatikan asupan gizi seimbang bagi anak sejak dini.
“Tantangan terbesar saat ini adalah kesadaran masyarakat untuk memperbaiki gizi keluarga. Itu yang paling penting dalam pencegahan stunting,” ujarnya, Senin (6/10).
Alwiati mengungkapkan, banyak kasus stunting justru ditemukan pada keluarga yang tergolong mampu. Hal ini disebabkan oleh pola pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak.
“Tidak semua stunting berasal dari keluarga miskin. Kadang ibunya kurang memperhatikan cara memberi makan anak,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya peran ibu dalam menyiapkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) secara mandiri dengan bahan yang ada di rumah.
“Ibu harus kreatif membuat makanan sendiri agar anak mau makan. Tidak perlu mahal, yang penting bergizi,” katanya.
Kepala Dinkes itu juga mengingatkan agar anak dibiasakan makan bersama keluarga. Menurutnya, kebiasaan tersebut mampu meningkatkan selera makan dan mempererat ikatan emosional antara anak dan orang tua.
“Biasakan anak makan makanan rumahan bersama keluarga. Jangan dipisahkan, karena makan bersama itu penting sekali,” ujarnya.
Terkait tren ibu muda yang gemar membeli perlengkapan khusus MPASI, Alwiati menilai hal itu tidak terlalu diperlukan. Ia menegaskan bahwa peralatan sederhana di rumah sudah cukup, asalkan dijaga kebersihannya.
“Yang utama itu higienitasnya. Tidak perlu alat khusus,” tegasnya.
Sebagai contoh, ia menyebutkan menu sederhana seperti palumara atau tahu telur bisa diberikan kepada anak, asal teksturnya disesuaikan dan tidak diberi cabai.
“Sekarang tahu telur sedang tren, itu bagus karena mengandung protein ganda,” tambahnya.
Lebih jauh, Alwiati menyebut dua faktor utama penyebab stunting di Balikpapan, yakni pola asuh yang kurang tepat dan sanitasi lingkungan yang buruk. Ia menilai wilayah dengan sanitasi tidak layak cenderung memiliki angka stunting lebih tinggi.
“Kalau sanitasinya jelek, anak bisa sering diare. Berat badan susah naik,” tegasnya.
Dinkes Balikpapan, lanjutnya, akan terus melakukan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat, terutama ibu-ibu muda, untuk meningkatkan kesadaran gizi, menjaga kebersihan lingkungan, dan memperbaiki pola asuh anak. Langkah ini diharapkan mampu menekan angka stunting secara berkelanjutan di Kota Balikpapan.
BACA JUGA