Tekan Kematian Ibu dan Anak Serta Stunting, Dinkes Balikpapan Luncurkan Paket Catin

Pemkot
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan meluncurkan Pelayanan Kesehatan Terpadu Calon Pengantin atau Paket Catin di Kota Balikpapan. Upaya ini dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan anak serta penyakit stanting sedari dini. Jum'at (26/8/2022).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan meluncurkan Pelayanan Kesehatan Terpadu Calon Pengantin atau Paket Catin di Kota Balikpapan. Upaya ini dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan anak serta penyakit stanting sedari dini.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengatakan, pihaknya saat ini mengembangkan satu inovasi program yakni Paket Catin, dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi serta mencegah kasus stunting yang mana ini merupakan indikator pembangunan nasional dan merupakan isu nasional bidang kesehatan.

“Inovasi ini bentuknya bergerak lebih cepat mengintervensi kesehatan keluarga sebelum menikah, sejak calon pengantin kami sudah memberikan edukasi tentang kesehatan dan Pemkot memberikan vitamin supaya kondisi pasangan suami istri bisa sehat menjelang persalinan dan jika setelah menikah terjadi kehamilan kami harapkan juga fungsi reproduksinya sudah sehat,” ujarnya, Jumat (26/8/2022).

Dikatakannya, berdasarkan pengalaman, sangat terlambat jika melakukan mengintervensi setelah pasangan menikah. Pasalnya, setelah itu akan banyak kendalanya seperti kembali bekerja dan ngidam.

“Untuk itu, kami juga akan membuat MoU dengan DP3AKB, Kemenag dan TP PKK dalam penanganan kematian ibu hamil dan bayi ini,” ungkapnya.

Untuk kasus stunting, sambungnya, selama tidak terpikirkan masalah kesehatan bagi pasangan calon pengantin setelah menikah. Sehingga dikhawatirkan banyak temukan bayi lahir dengan ukuran kecil.

Disamping itu, dari pemantauan tumbuh kembang ketika pandemi lalu agak terbatas. Pasalnya, banyak posyandu yang tutup, ibu-ibu takut membawa bayinya ke puskesmas sehingga tidak ada pemantauan dan hanya memberi edukasi orangtuanya agar menimbang dan ukur sendiri tinggi badannya. Padahal, untuk pengukuran memerlukan alat atromometri yang sudah terkalibrasi untuk penggunaannya.

“Disisi lain faktor ekonomi yang menurun, membuat keluarga tidak bisa melengkapi kebutuhan gizi anak,” ucapnya.

Di Balikpapan kasus stunting capai 13, 8 persen selama covid dan sekarang turun jadi 9 persen. Walaupun kondisi stunting di Balikpapan naik tapi masih kondisi aman.

“Karena yang tidak aman bagi Kabupaten dan Kota jika angkanya sudah di atas 30 persen keatas untuk stuntingnya,” tutupnya.

Tinggalkan Komentar