Balikpapan Catat Deflasi 0,06% dan PPU Inflasi 0,07% pada September 2025

Gerbangkaltim.com, Balikpapan – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar 0,06% month-to-month (mtm) pada September 2025. Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm) di bulan yang sama.
Di Balikpapan, inflasi tahun kalender (Januari–September 2025) tercatat 1,34% year-to-date (ytd), sedangkan inflasi tahunan mencapai 1,15% year-on-year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang berada di level 2,65% (yoy) maupun rata-rata inflasi gabungan empat kota di Kalimantan Timur sebesar 1,77% (yoy). Realisasi ini masih di bawah target batas bawah inflasi nasional 2025 sebesar 2,5% ± 1%.
Deflasi di Balikpapan terutama disumbang oleh kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil 0,16% (mtm). Lima komoditas yang paling berkontribusi adalah Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT), bawang merah, tomat, cabai rawit, dan kangkung. Penurunan harga dipicu oleh meningkatnya produksi di sentra pertanian Jawa dan Sulawesi, ditambah distribusi yang relatif lancar.
Sebaliknya, inflasi di Balikpapan dipicu oleh kelompok transportasi dengan andil 0,14% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah angkutan udara, daging ayam ras, emas perhiasan, air kemasan, dan biskuit. Tarif angkutan udara naik seiring berakhirnya masa diskon dan meningkatnya mobilitas, sementara harga emas melonjak mengikuti tren global yang mencatat rekor tertinggi Rp2,1 juta per gram.
Sementara itu, Kabupaten PPU mencatat inflasi bulanan sebesar 0,07% (mtm). Inflasi tahun kalender Januari–September 2025 mencapai 2,00% (ytd), dengan inflasi tahunan 2,83% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional maupun rata-rata inflasi gabungan empat kota di Kaltim.
Di PPU, inflasi terutama disebabkan oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan komoditas utama yaitu daging ayam ras, ikan tongkol, ikan layang, ikan bandeng, dan beras. Kenaikan harga dipengaruhi tingginya permintaan saat Maulid Nabi, keterbatasan pasokan akibat gelombang laut tinggi, serta stok beras premium yang menipis dari Jawa.
Adapun komoditas penyumbang deflasi di PPU antara lain bawang merah, cabai rawit, semangka, terong, dan kangkung, yang harganya turun berkat melimpahnya pasokan dari produksi lokal maupun daerah sentra.
Ke depan, Bank Indonesia Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat pengendalian harga melalui sidak pasar, operasi pasar, kerja sama antar daerah (KAD), hingga program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Kami akan menjaga inflasi daerah tetap terkendali sesuai target inflasi nasional 2025, sekaligus mendukung stabilitas ekonomi masyarakat,” ungkap Robi Ariadi, Deputi Direktur sekaligus Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Kamis (2/10/2025).
Sumber: Bank Indonesia Balikpapan, Badan Pusat Statistik (BPS)
BACA JUGA