Oleh  : Dr. Kasrani

PERINGATAN Hari Ibu hadir melalui keputusan Kongres Perempoean Indonesia III di Bandung pada 22 Desember 1938. Peringatan ini diharapkan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan.

Peringatan Hari Ibu lebih dari sekedar mother’s day. PHI adalah momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan untuk Indonesia maju yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Momentum Peringatan Hari Ibu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dalam pemenuhan hak perempuan dan anak, serta untuk memajukan perempuan Indonesia di masa pandemi Covid-19 dimana banyak perempuan terpuruk, menjadi korban kekerasan, bahkan harus memikul beban ganda.

 

Dalam momentum Peringatan Hari Ibu ke-93, perempuan Indonesia wajib menjadi Ibu bangsa yang mengemban tanggung jawab mulia, inovatif, dan memiliki kepribadian bangsa nasionalisme, serta sehat dan jasmani. “Mari berkolaborasi dan bersinergi mengemban amanat para founding mothers (ibu bangsa) untuk sebaik-baiknya menjadi ibu bangsa sejati. Jangan melupakan sejarah, kita harus menjalankan amanah para perempuan terdahulu yang memberikan pengorbanan luar biasa bukan hanya materi tapi juga jiwa dan raga.

 

Pentingnya melakukan upaya nyata untuk meluruskan kebenaran makna hari ibu dengan memanfaatkan sinergi, di antaranya melalui sosialisasi dan literasi digital kepada generasi milenial.

 

Sangat penting bagi generasi milenial agar membaca sejarah hari ibu untuk kemudian disebarluaskan ke media massa maupun media sosial.

Hari ibu semestinya dapat menempatkan perempuan pada posisi jauh lebih terhormat. Pentingnya menghilangkan perilaku objektif terhadap perempuan, mereka juga merupakan subjek pembuat keputusan dalam proses pembangunan bangsa, bukan properti dalam kehidupan.

 

Berbagai persoalan terkait perempuan bukan hanya menjadi masalah perempuan saja, tapi ini masalah kemanusiaan. Jadikan perempuan sebagai mitra yang setara dengan laki laki.

Setiap tanggal 22 Desember, Indonesia memperingati hari ibu, tapi mungkin ini hanya bagi sebagian besar para ibu. Mengapa saya katakan demikian, karena  menurut saya sendiri  kebaikan, doa, yang diberikan oleh seorang anak kepada seorang ibu dan ayah adalah satu kewajiban yang tidak hanya terpatok pada setiap  tanggal 22 Desember saja. Konsep Birrul Walidain itu ada dalam setiap helaan nafas kita yang terpatri didalam hati.

Jika kita mengetuk pintu  untuk menghadap sang Khaliq dalam 5 kali sehari melalui Sholat kita maka 5 kali juga doa kita panjatkan untuk kebaikan kepada kedua orang tua kita. Setiap hari dalam 365 hari seorang ibu adalah pahlawan bagi anak anaknya baik itu ibu yang sudah tiada atau yang masih ada.

Setiap hari bagi kita ibu adalah inspirator bagi kita, setiap hari harus kita bawa nama ibu dan ayah kita dalam setiap helaan nafas disetiap doa yang kita panjatkan. Kasih sayang seorang ibu kita letakan di dalam kalbu kita yang paling dalam bahkan sangat dalam melebih kedalaman lautan teduh yang merupakan lautan terdalam di dunia. Dan tak kalah penting kitapun letakan rasa hormat dan kagum kita setinggi tingginya untuk ayah kita.

Jauh sebelum hari ibu diramaikan untuk menghargai jasa kaum hawa, Allah dan RosulNya sudah mengapresiasi setiap keringat mereka saat mengandung ,setiap helaan napas mereka disaat melahirkan dan setetes ASI disaat menyusui. Sebagaimana tertulis dalam Surat Al- Ahqaaf Ayat 15:“kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Ibu mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkan dengan susah payah (pula) mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan”.

Dan sebagaimana dalam HR, Al-Bukhari ,Muslim: Seorang pemuda bertanya kepada Rosululloh: “Ya Rosululloh siapa orang yang peling berhak mendapat rasa cinta, rasa hormat dan loyalitasku?”, beliau menjawab: “ibumu”. Dia bertanya lagi: ”siapa lagi ya Rosululloh? “ibumu” siapa lagi ya Rosululloh “Ibumu”. Dan pemuda itu bertanya lagi :”siapa lagi Ya rosululloh” dan Rosululloh menjawab “ Ayahmu”.

Sebelum hari ini tiba, Allah telah menyediakan hadiah untuk ibu, tak perlu kata kata mutiara yang hanya sebatas wacana, cukuplah sabda Nabi yang yang mulia sebagai pedoman tingkah laku kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
Kabupaten Paser sangat peduli dengan Kaum Perempuan ini terbukti dalam Visi dan Misi Bupati Paser.

 

Komitmen Pemerintah Kabupaten Paser tidak diragukan lagi dalam peningkatan peran perempuan disegala bidang, melalui tulisan ini saya mengajak kita semua bersama mengembangkan pemberdayaan perempuan untuk menghasilkan Generasi yang akan mewujudkan Paser MAS (maju, Adil dan Sejahtera).Selamat Hari Ibu ke 93 Jadikan Perempuan Paser Berdaya Untuk mewujudkan Paser MAS (Maju. Adil dan Sejahtera).

 

(Dr. Kasrani, M.Pd Kabid PUG dan PP)

Share.
Leave A Reply