Puluhan Sopir Truk Gelar Aksi Damai di Batu Sopang, Desak Pemerintah Cari Solusi atas Penyetopan Angkutan Batu Bara

PASER, Gerbangkaltim.com — Puluhan sopir truk angkutan batu bara dari wilayah Kecamatan Muara Komam, Batu Sopang, dan Kuaro menggelar aksi damai di Jalan Raya Batu Sopang, Selasa (10/6). Aksi tersebut dipicu oleh penyetopan aktivitas angkutan batu bara oleh sejumlah warga di ruas jalan nasional Muara Komam–Batu Sopang.
Dalam aksi tersebut, para sopir memarkirkan truk mereka di pinggir jalan sebagai bentuk protes. Mereka menilai penyetopan angkutan batu bara yang dilakukan sejumlah masyarakat tidak mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas.
“Aktivitas pengangkutan batu bara ini sangat berpengaruh terhadap roda perekonomian masyarakat sekitar, mulai dari pedagang, bengkel, hingga pelaku usaha lainnya. Kini, semuanya terganggu,” ujar Siswiyono, salah satu sopir yang akrab disapa Sis Bambang.
Menurutnya, para sopir truk PS roda enam sangat bergantung pada pekerjaan ini untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Beberapa sopir bahkan sempat mencoba peruntungan di daerah lain, namun hasilnya tidak mencukupi.
“Kami tidak punya pilihan lain. Di tempat lain penghasilannya jauh lebih kecil. Kami hanya ingin bisa bekerja seperti biasa untuk menafkahi keluarga,” keluhnya.
Siswiyono juga menyoroti adanya upaya mengaitkan penyetopan angkutan batu bara dengan insiden kekerasan yang mengakibatkan seorang warga meninggal di Muara Kate. Ia menilai tudingan tersebut belum memiliki bukti kuat dan tidak seharusnya dikaitkan secara langsung dengan keberadaan truk pengangkut batu bara.
“Peristiwa itu masih simpang siur dan belum ada kepastian hubungannya dengan angkutan batu bara. Tapi kami yang terdampak langsung secara ekonomi,” tegasnya.
Melalui aksi damai ini, para sopir berharap Gubernur Kalimantan Timur dan jajaran pemerintah segera turun tangan untuk mencari solusi. Mereka meminta agar penyetopan angkutan dihentikan dan aktivitas ekonomi kembali berjalan normal.
“Kami sudah sangat menderita. Bahkan ada yang sampai meninggalkan keluarga untuk mencari kerja di luar Kalimantan Timur, tapi hasilnya tidak sebanding. Kami hanya ingin bekerja di daerah sendiri,” tutup Siswiyono.(gk)
BACA JUGA