Oleh : Restu Aulia*

KEINGINAN merekonstruksi pendidikan yang pernah ditanamkan Rasulullah S.A.W kepada sahabat tidak terlepas dari penggalian informasi dari sumber yang telah diwariskan oleh Rasulullah S.A.W lewat sirah dan hadis-hadisnya.

Dari kajian sirah kita menemukan bahwa Rasulullah S.A.W adalah nabi akhir pilihan Allah yang misi kenabiannya ditandai dengan wahyu yang beliau terima lewat perantara malaikat Jibril di gua Hiro pada tahun 610 Masehi atau sering kita peringati dengan nuzulul qur’an pada 17 Ramadhan.

Perjalanan dakwah Rasulullah kemudian dimulai sejak menerima wahyu pada usia 40 tahun dengan diawali berdakwa secara sembunyi-sembunyi selama lebih kurang 3 tahun kemudian dilanjutkan secara terang-terangan setelah mendapat perintah pada surah al-Hijr ayat 94 yang artinya “maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. Selama 10 tahun beliau saw berdakwa di kota suci Mekkah dan dilanjutkan selama 13 tahun di kota Madinah al Munawwarah sampai beliau wafat.

Selama 23 tahun Rasulullah tidak hanya berhasil mengajak kaum kafir untuk mengenal Allah swt tetapi juga berhasil melahirkan konsep kehidupan yang sangat indah di bawah naungan dan bimbingan Alquran serta penjelasan-penjelasan dari Rasulullah. Melalui dua sumber inilah lahir para generasi-generasi hebat yang tidak hanya hebat di zamannya tetapi juga mampu membawa perubahan pada generasi-generasi berikutnya. Mereka tidak hanya hebat dalam hal kekuatan iman tetapi juga akhlak dan semangat terus berkarya untuk melahirkan generasi-generasi baru yang sesuai Alquran dan sunnah Nabi. Beberapa contoh generasi didikan langsung Rasulullah saw diantaranya:

Abdullah bin Zubair (Dilantik menjadi Khalifah tahun 64, wilayahnya: Hijaz, Yaman, Mesir, Irak, Khurasan, sebagian besar Syam),

Abdullah bin Abbas (Menjadi Gubernur Bashrah pada zaman ke khalifahan Ali),

Abdullah bin Amr bin Ash (Perintis ilmu diMesir dengan mengajar Hadits diMasjid amr bin ash difustat)

Abdullah bin Umar (Diberi jabatan Qodhi atau Hakim oleh Usman, tetapi tidak mau, dipaksa menjadi Gubernur di Syam karena Masyarakat Syam mengaguminya, oleh Ali juga tidak mau hingga akhirnya ia lari ke Makkah )

Anas bin Malik (Pemanah Jitu)

Abdullah bin Jafar (Salah satu panglima perang dimasa Ali)

Usamah bin Zaid (Menjadi panglima pada usia 18 tahun melawan tentara Romawi dan menang)

Nama-nama diatas adalah sebagian kecil dari anak-anak yang keseharian mereka bersentuhan langsung dengan Rasulullah SAW. Semua itu menjadi cikal bakal revolusi besar yang mencengangkan dunia sekaligus mengubah masyarakat arab yang semula rentan terhadap perseteruan menjadi sebuah bangsa yang bersatu. Sehingga manusia mengetahui tujuan menjadi insan yang berbudaya dan merombak kesesatan menjadi hidayah.

Meneladani bagaimana Rasulullah mendidik para generasi hebat tersebut tentu mustahil jika hanya dilakukan di dalam kelas yang sifat pendidikannya lebih banyak pada ranah kognitif. Pengetahuan yang luas harus diimbangi dengan perilaku positif yang lebih banyak dapat dipelajari dari kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu penting memberi pengetahuan dan pemahaman kepada siswa tentang peran dan posisi akhlak atau perilaku dalam mendukung keberhasilan seseorang di masa depan, perlu diberi pemahaman bahwa keberhasilan sesungguhnya bukan terletak pada seberapa banyak materi yang diperoleh tetapi lebih dari itu seberapa baik kita dalam bergaul, seberapa jujur kita dalam berbicara dan bertindak, seberapa sabar kita dalam menghadapi ujian kehidupan dan lain sebagainya.

Di zaman nabi banyak orang-orang hebat bahkan mereka dikenal sebagai penyair-penyair handal. Namun mereka disebut sebagai kaum jahiliyah karena mereka tidak beriman dan memiliki akhlak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran iman dan akhlak dalam mengarungi kehidupan sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Memperkuat iman dan akhlak dapat ditempuh dengan terus belajar dan mengkaji baik lewat ayat-ayat kauniyah yang bertebaran di alam semesta maupun ayat-ayat qauliyah yang dengan sangat jelas telah dijabarkan oleh Allah lewat al-qur’an al karim dan hadis nabi.

Pendidikan adalah sebuah proses, sekaligus sistem yang bermuara pada pencapaian kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai kualitas idaman (desirable quality). Manusia sebagai hamba yang berperadaban tinggi, sudah barang tentu harus menjaga dan mewariskan nilai-nilai dan karakteristik tersebut dengan salah satu caranya mengingat kembali pendidikan Islam yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya yaitu dengan melalui dalil yang menguatkan isi materi, kisah-kisah peradaban, penemu muslim, hubungan antar pelajaran yang menguatkan iman, hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata. Dengan demikian diharapkan setiap pembelajaran memiliki vis menguatkan generasi berkepribadian AlQuran.

Di tengah era keterbukaan informasi dan gencarnya arus globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan dengan proses yang cepat dan signifikan tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Sebenarnya untuk melihat tujuan pendidikan Islam sendiri yang utama adalah untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang Islam, lengkap dan komprehensif. Sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi kehidupan dan perbuatan, Baik dalam hubungan dengan Tuhan, dengan masyarakat dan hubungan dengan lingkungannya.

Sebagaimana pernyataan diatas, merekonstruksi pendidikan Islam itu sendiri tidak lepas dari Hadits dan sejarah Nabi (Siroh Nabawiyyah), karena demikian sejarah ialah ilmu tentang manusia, tentang waktu, tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial, dan tentang sesuatu yang tertentu (Kuntowijoyo, 1995: 12-17 dalam buku Khozin. Jejak-Jejak pendidikan Islam: Rekonstruksi sejarah untuk aksi.2006).

*Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 2 Paser Belengkong Kabupaten Paser

Share.
Leave A Reply