Syair Tuah Mahakam, Merawat Kebhinekaan Lewat Gebyar Budaya Nusantara di Balikpapan

Seniman dan Budayawan Bambang Oeban saat menampilkan karya sastranya yang bertemakan “Syair Tuah Mahakam” pada Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Balikpapan para acara Gebyar Budaya Nusantara di Hotel Gran Senyiur, Jalan ARS Muhammad, Sabtu (27/12/2025).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Alunan syair, gerak tari, dan teatrikal budaya menyatu dalam satu panggung kebhinekaan. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Balikpapan menggelar Gebyar Budaya Nusantara di Hotel Gran Senyiur, Jalan ARS Muhammad, Sabtu (27/12/2025), sebagai ruang perjumpaan budaya sekaligus pengikat harmoni masyarakat multietnis di Kota Balikpapan.

Kegiatan ini dihadiri Wali Kota Balikpapan yang diwakili Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Balikpapan, Mindayanti, SSTP., MAP., serta perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Balikpapan dan berbagai organisasi kemasyarakatan.

Mengusung tema “Syair Tuah Mahakam”, pentas budaya ini menghadirkan kolaborasi lintas sanggar dan seniman. Sanggar Tari Jali Jali Enterprise, Awi Studio, Temenggang Madang, dan Sanggar Parahyangan berpadu dengan Teater Jujung Nyawa. Pementasan semakin bermakna dengan kehadiran seniman dan budayawan Bambang Oeban yang berkolaborasi dengan Abdul Rachim, HKA.

Sekretaris FPK Balikpapan, Suntoro, mengatakan kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mempererat silaturahmi warga Balikpapan yang berasal dari beragam latar belakang.

“Gebyar Budaya Nusantara ini kami laksanakan sebagai bentuk pelestarian budaya Nusantara, sekaligus merawat keberagaman atau kebhinekaan yang ada di Balikpapan,” ujar Suntoro, mewakili Ketua FPK Balikpapan, Abdul Rachim.

Menurutnya, pemilihan tema Syair Tuah Mahakam bukan tanpa alasan. Sungai Mahakam bukan sekadar ikon Kalimantan Timur, melainkan menyimpan filosofi dan jejak sejarah panjang peradaban Nusantara.

“Mahakam itu sarat makna. Di sanalah tumbuh peradaban, termasuk Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Dari Mahakam kita belajar tentang nilai, sejarah, dan kebudayaan,” jelasnya.

Lebih jauh, Suntoro menegaskan bahwa Forum Pembauran Kebangsaan hadir sebagai wadah komunikasi dan kerja sama antarwarga dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan demi memperkuat persatuan bangsa.

“Tujuan utama FPK adalah menumbuhkan dan mengembangkan pembauran kebangsaan, mendorong sikap saling memahami, menghargai, dan menerima kemajemukan tanpa harus menghilangkan identitas masing-masing, dalam bingkai NKRI,” ungkapnya.

Ia juga menekankan peran strategis FPK sebagai garda terdepan dalam menjaga kedamaian dan harmoni sosial di Balikpapan.

“FPK menjadi sarana dialog antara masyarakat dan pemerintah, tempat bertukar informasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan potensi konflik secara damai serta mencegah disintegrasi bangsa,” tambah Suntoro.

Peserta kegiatan ini berasal dari FPK tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan. Hadir pula unsur Forkopimda dan perwakilan berbagai organisasi kemasyarakatan yang selama ini menjadi mitra dalam menjaga kondusivitas daerah.

Sementara itu, seniman dan budayawan Bambang Oeban mengajak masyarakat untuk kembali mengingat Mahakam sebagai saksi perjalanan panjang kehidupan manusia.

“Kita sering lupa bahwa Mahakam sudah ada jauh sebelum republik ini berdiri. Bahkan sebelum Kesultanan Kutai, Mahakam sudah menjadi saksi kehidupan manusia, mengajarkan tentang baik dan buruk, tentang nilai-nilai kehidupan,” tuturnya.

Melalui Syair Tuah Mahakam, FPK Balikpapan tidak sekadar menampilkan pertunjukan seni, tetapi juga menghadirkan pesan kebangsaan: bahwa perbedaan adalah kekayaan, dan budaya adalah jembatan yang menyatukan. Di tengah dinamika kota yang terus tumbuh, Balikpapan merawat persatuan melalui nada, gerak, dan syair Nusantara.

Tinggalkan Komentar