Jakarta-GERBANGKALTIM.COM – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dengan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, menyatakan bahwa kerukunan bangsa Indonesia adalah hasil perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini dia sampaikan pada acara Workshop Nasional Kerukunan Umat Beragama dengan tema “Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dan FKUB dalam Mewujudkan Kerukunan Hidup Umat Beragama yang Damai dan Harmonis demi Menjaga Persatuan dan Kesatuan Nasional”, yang dilakukan oleh Yayasan Generasi Muda Madani Indonesia (YGMI).

Acara ini diikuti oleh perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama berbagai daerah di Indonesia, seperti dari Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, dan lain-lain.

Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa nilai-nilai kerukunan seyogyanya adalah Pancasila.

“Nilai kerukunan yang diketahui itu, ya itu Pancasila. Saya perlu tekankan Pancasila adalah konsensus, perjanjian kita semua, bangsa Indonesia, sehingga saat Pancasila itu terwujud, hidup tentram dan rukun,” serunya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini mengatakan bahwa Indonesia sangat beruntung memiliki dan mengamini Pancasila sebagai ideologi hidup berbangsa dan bernegara.

“Negara-negara lain, seperti Mesir dan Suriah, misalnya. Pernah datang imam-imam besar dari negara-negara tersebut, dan mereka menyatakan Indonesia beruntung, 714 suku bangsa bersatu dan dalam situasi yang aman. Negara Mesir hanya beberapa suku masih konflik; keadaan Suriah pun kita tahu betul bagaimana,” ujarnya.

“Yugoslavia dulu sangat berbangga dengan kekuatan militernya; Tito menyatakan kepada Soekarno Indonesia akan sulit bertahan dengan Pancasila saja. Kita bisa lihat sekarang, Indonesia bertahan, Yugoslavia sudah pecah menjadi beberapa negara sekarang.”

Rohaniwan ini menyatakan bahwa Pancasila itu berbicara tentang kemajemukan.
“Pancasila itu kemajemukan, keragaman masyarakat Indonesia. Keragaman itu sudah ada dalam bumi Indonesia, digali oleh Soekarno, lewat pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh perubahan seperti Tjokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker; Soekarno ke Bandung, Ende, Bengkulu, dia belajar dan menggali menjadi Pancasila. Bukan pihak lain; Soekarno lah yang memunculkan Pancasila, bukan orang lain,” tuturnya.

Budayawan ini menyampaikan bahwa kerukunan bisa diraih dengan kolaborasi, atau istilah lainnya, gotong royong.
“Gotong royong itu adalah semangat Pancasila. Rasa ketuhanan menciptakan rasa kemanusiaan, dimana manusia tidak melihat manusia lain berada di bawahnya. Rasa kemanusiaan menciptakan kesatuan, dimana nilai kerakyatan dan keadilan tercipta. Itu Pancasila, dan semua ini juga adalah gotong royong, semua orang berkolaborasi dengan tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelasnya lagi.

“Sebenarnya, orang-orang memiliki jiwa komunal bersama. Revolusi Industri mengubah paradigma menjadi individualistis. Nilai individual ini pun masuk ke dunia politik Indonesia, akhirnya orang menjadi egois, harus menang dan memiliki power dan relasi kuasa menjadi timpang. Yang menjadi tugas FKUB adalah kembalikan semangat gotong-royong kepada hidup publik Indonesia,” tegasnya.

Benny memberikan opininya.
“FKUB bukan hanya memberikan izin beribadah, tetapi menjaga kerukunan, kerja sama dengan kekuatan untuk aktualisasikan Pancasila, agar terwujud kerukunan ini. Mengaktualisasikan nilai Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan dan keadilan, serta rasa tersebut ada dalam jiwa setiap pengambil kebijakan.”
“Gotong royong itu kristalisasi, gotong royong dengan merdeka dan kebebasan kita, kita sadar dan mampu menjadi bangsa berdaulat, dan karena itu adalah nilai-nilai Pancasila,” katanya.

Dia pun menutup paparannya dengan sebuah seruan.
“Kerukunan tidak lepas dari melaksanakan nilai-nilai Pancasila. Maka, nilai Pancasila harus terus digaungkan agar tidak hilang, sehingga gotong royong, kolaborasi, terjadi, dan akhirnya kerukunan Indonesia tercipta,” tutupnya. (GK)

Share.
Leave A Reply