Jakarta, GERBANGKAlTIM.COM – Sudah sejak 17 Juni lalu Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako mengunjungi Indonesia.
Selama kunjungannya, selain bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Kaisar Naruhito dan rombongan telah meninjau Depo MRT Lebak Bulus, Stasiun Pompa Waduk di Pluit, kawasan Industri di Bekasi dan kunjungan ke Keraton Jogjakarta.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa kunjungan ini akan memperkuat kemitraan strategis antara kedua negara, utamanya di bidang ekonomi.

Sementara itu Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkapkan kunjungan Kaisar Naruhito ke Indonesia mencerminkan eratnya hubungan persahabatan kedua negara dan Kaisar sangat terkesan dengan hasil kerjasama bilateral selama ini.
Sejak menjadi Kaisar Jepang pada 2019, kunjungan ke Indonesia adalah kunjungannya pertama ke luar negeri.
Dimintai pandangannya terkait makna kunjungan Kaisar Naruhito ke Indonesia, Dr. Darmansjah Djumala, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, menyatakan bahwa meskipun dalam sistem kenegaraan Jepang seorang kaisar tidak memiliki peran politik, kunjungan Kaisar Naruhito membawa simbol politik yang signifikan terkait hubungan kedua negara.
Dikatakannya, pemaknaan kunjungan Kaisar Naruhito itu bisa dipindai dari dua dimensi amatan.
Pertama, dari dimensi kesejarahan. Fakta bahwa Indonesia negara pertama yang dikunjungi   menunjukkan bahwa di mata Jepang Indonesia adalah negara penting dalam kebijakan hubungan luar negerinya.
Dalam fatsun diplomasi, kepala negara biasanya akan memilih negara yang dianggap paling penting untuk dikunjungi pertama kali. Dalam perjalanan sejarahnya, bangsa Indonesia dan Jepang memiliki ikatan batin yang kuat dengan segala catatan pahit dan manisnya.
Irisan kesejarahan ini justru menjadi fondasi yang solid yang diatasnya dibangun persahabatan dan kerjasama yang saling menguntungkan.
Kedua, dari dimensi geopolitik, kunjungan Kaisar Naruhito seolah mengirim sinyal diplomatik bahwa Jepang tidak meninggalkan Indonesia. Tidak melupakan kerjasama yang erat selama ini, terutama di bidang ekonomi.

Lebih jauh Dr. Djumala, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Pancasila (PSP), Universitas Pancasila, mengatakan bahwa kunjungan Kaisar Naruhito ke Indonesia berlangsung ketika kawasan Asia Pasifik menghadapi dinamika geo-politik Asia Pasifik yang ditandai dengan kebangkitan ekonomi dan militer China.

Kemajuan ekonomi China yang pesat dalam beberapa tahun terakhir terefleksi dalam pengaruh ekonominya di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.

”Jepang sebagai sahabat lama yang pernah sangat berpengaruh dalam ekonomi Indonesia tentu tidak ingin perannya di Indonesia memudar dibayangi oleh ekonomi China. Dalam perspektif dinamika geopolitik Asia Pasifik seperti itulah kiranya kunjungan Kaisar Naruhito dapat dimaknai”, demikian simpul Dr. Djumala.*** (GK)

Share.
Leave A Reply