GPMB : Sastra Masuk Kurikulum Solusi Peningkatan Budaya Baca

Kemendikbudristek akan segera meluncurkan Sastra Masuk Kurikulum pada tahun ajaran mendatang di sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Program ini berupaya untuk memasukkan karya sastra dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Sebelumnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui pembiasaan membaca selama 15 menit sebelum belajar.  Program Wajib Baca yang diusung oleh Menteri Pendidikan kala itu  Anis Rasyid Baswedan berupa  Siswa diwajibkan membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Materi bacaan pun dibebaskan kepada siswa. Para siswa diperbolehkan membaca buku yang bersifat mendidik. Baik dipinjam dari perpustakaan maupun dibawa dari rumah.

Kasrani Latief, Sekretaris Dinas PMD, sekaligus Ketua GPMB Kabupaten Paser menyatakan “Penguatan terhadap Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang membaca 15 menit sebelum belajar harus dilaksanakan, untuk itu kami sangat mendukung Program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan  dan Ristek yang memasukkan Sastra dalam Kurikulum.” katanya.

Kasrani Latief menambahkan “Membaca itu harus dilakukan sebagai sesuatu yang rutin. ketika anak sudah terbiasa membaca, maka aktivitas itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan begitu kebiasaan nantinya menjadi sebuah kebudayaan.  Jadi kebudayaan membaca itu dibangunnya lewat pembiasaan,” ujarnya.

Kasrani latief juga memuji  langkah inovatif kemendikbudristek,  langkah ini diharapkan dapat meningkatkan literasi, memperkaya pengetahuan budaya, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa di Indonesia. “Literasi membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi perkembangan akademis dan profesional siswa.” Ujarnya

Kasrani Latief juga mengingatkan “Berdasarkan hasil evaluasi Programme for International Student Assessment (PISA) kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun. Skor literasi membaca PISA 2022 menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di peringkat bawah. Bahkan menjadi skor terendah sejak Indonesia berpartisipasi dalam tes tersebut di tahun 2000, yang menandakan adanya tantangan signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia.” Katamya

“Kami mengajak semua stakeholder dan Masyarakat Bersama-sama mendukung program Sastra Masuk Kurikulum, kami yakin ini akan menjadi Solusi dalam Upaya peningkatan literasi  siswa khususnya dan literasi Masyarakat pada umumnya menuju Indonesia EMAS 2045.” Kasrani mengakhiri penjelasannya.

Tinggalkan Komentar