SALAH satu putra terbaik Kota Balikpapan, H. Sappe bin Coheng Daeng Pahata, meninggal dunia, Sabtu (29-12-2018).  Almarhum meninggal dunia di usia 67 tahun sekira pukul 10.00 Wita di Rumah Sakit Siloam Balikpapan, akibat serangan jantung yang dideritanya sejak beberapa tahun lalu.

Kepergian tokoh masyarakat, aktivitis politik senior dan pengusaha kontraktor ini, tentu mengejutkan banyak pihak. Ribuan orang melayat ke rumah duka di kawasan Jl. Jenderal Sudirman 24 (belakang terminal Balikpapan Permai). Ikut melayat Gubernur Kaltim H. Isran Noor, Wali Kota Balikpapan HM. Rizal Effendi, SE serta ratusan tokoh masyarakat dan ribuan warga.

Almarhum yang meninggalkan isteri, empat orang anak, menantu dan sejumlah cucu ini, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim Pasar Baru.

Guna mengenang almarhum semasa hidup, berikut disajikan profile lengkap H. Sappe yang termuat di dalam buku “Jalan Berliku Meraih Sukses”, karya wartawan Rudi R. Masykur.

SIAPA yang tidak kenal sosok H. Sappe, pengusaha dan politikus senior sarat pengalaman yang kini aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Mantan anggota DPRD Balikpapan dua periode yang selalu tampil sederhana dan bersahaja itu, kini memang “pensiun” dari panggung politik, menyusul pengunduran dirinya di akhir masa jabatan dua periode dirinya duduk di parlemen.

Memang, tidak ada istilah pensiun bagi seorang politikus senior dan pebisnis andal seperti H. Sappe. Meski sudah tidak berkiprah lagi di parlemen dan dunia politik, H Sappe mantan  anggota DPRD Balikpapan dua periode itu, kini tetap geliat beraktivitas di masyarakat.

Sebab itu, kediaman H. Sappe di kawasan Jalan Jenderal Sudirman No. 24 Balikpapan (belakang terminal Balikpapan Permai, red), sampai hari ini tetap ramai dikunjungi masyarakat. Termasuk kunjungan tokoh dan petinggi penting di Balikpapan, Kaltim hingga selevel Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN dan bos Jawa Pos Group.

SAKSI SEJARAH

Rumah H Sappe memang identik dan selalu jadi “saksi” sejarah lahirnya pemimpin besar di Kota Beriman.  Di rumah ini pula, H Sappe sukses mencetak putra-putrinya, hingga keluarga besarnya—menjadi pengusaha andal dan mewarnai geliat ekonomi di Balikpapan.

Mundur dari politik, H Sappe memang tidak bisa diam. Belakangan, ia mencetuskan ide cemerlang dengan hadirnya organisasi kemasyarakatan (ormas) Ikatan Masyarakat Pesisir Bersatu (IMPB) Kota Balikpapan. Ia pun didapuk menjadi ketua umum untuk masa bhakti 2014-2019.

Ormas ini, mengelola aspirasi masyarakat nelayan dan warga pesisir di Balikpapan, yang membawahi ribuan warga di 10 lokasi di Kota Balikpapan. Yakni, masyarakat Pesisir Lamaru, Manggar dan Batakan (Balikpapan Timur), Stal Kuda (Balikpapan Selatan), Damai, Pasar Baru dan Klandasan (Balikpapan Kota), serta Kampung Baru, Somber dan Kariangau (Balikpapan Barat).

Menurut H. Sappe, ia bersedia memimpin organisasi masyarakat (ormas) IMPB Kota Balikpapan ini, karena terpanggil melihat besarnya aspirasi warga nelayan dan pesisir—yang ingin diwadahi dalam suatu organisasi. “Awalnya saya menolak. Tapi, karena berkali-kali para tokoh nelayan dan warga pesisir itu terus datang dan mendesak, akhirnya saya menyerah dengan keinginan mereka,” kata lelaki kelahiran Sinjai, 27 April 1951 ini.

Organisasi IMPB tegas Sappe, didirikan bukan untuk menghalangi dan menghambat pembangunan. Namun, justru jadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan dan kemajuan Kota Balikpapan. “Dari IMPB, kami ingin berjuang bersama nelayan dan warga pesisir, baik dalam mendapatkan hak-hak mereka, maupun menciptakan berbagai ide strategis untuk kemajuan dan kesejahteraan mereka kedepan,” tuturnya.

Sebab itu, IMPB tidak hanya sebagai mediator yang menjembatani kepentingan para nelayan dan warga pesisir dengan pihak terkait (stakeholders), khususnya pemerintah kota  (pemkot) Balikpapan, tapi juga siap menjadi solutor (pemberi jalan keluar, red) bagi persoalan yang timbul di masyarakat terkait keberadaan para nelayan dan warga pesisir di Balikpapan.

“Jadi jangan khawatir, IMPB tidak akan pernah melakukan gerakan di luar prosedur hukum. Misalnya, demo anarkis dan lainnya. Silahkan demo dan menyampaikan aspirasi, tapi tetap harus tertib dan damai,” imbuhnya.

Organisasi ini, lanjut bapak empat anak itu, justru dibuat untuk tempat mengadu bagi para nelayan dan warga pesisir Balikpapan. Karenanya, dalam memperjuangkan aspirasi, pihaknya juga akan membuat berbagai langkah strategis, seperti tim kajian dan lembaga bantuan hukum. Sehingga, kepengurusan IMPB tidak hanya diisi para tokoh nelayan dan warga pesisir, tapi juga dari kalangan profesional termasuk media massa.

Pengalaman pahit di masa lalunya yang pernah berjualan ikan dan kayu di seputaran lampu merah Plaza Balikpapan, diakui suami dari Hj Halijah ini, menjadikan dirinya faham betul dengan kondisi yang dihadapi para nelayan dan warga pesisir Balikpapan.

Selama ini, tambahnya, para nelayan dan warga pesisir kerap berjuang sendiri dan cenderung dirugikan ketika aktivitas mereka berbenturan dengan kepentingan banyak pihak. Kasus perampasan rumpon milik nelayan, hingga tempat tinggal mereka yang digusur tanpa ganti rugi yang layak, termasuk terhambatnya proses perizinan lahan seperti sertifikat tanah milik nelayan, adalah sejumlah contoh peristiwa yang mendera mereka selama ini. 

Di sisi lain, tidak banyak pihak yang memperhatikan kesejahteraan mereka dengan layak. “Lewat IMPB inilah, berbagai persoalan tadi ingin kami carikan solusinya,” sebut dia.

Para nelayan dan warga pesisir, sebut Sappe, pikirannya sederhana. Mereka tidak ingin diganti rugi, tapi berharap banyak diganti untung. “Prinsipnya win-win solution. Jadi, nelayan tetap bisa hidup layak, sementara aktivitas pembangunan di Balikpapan bisa terus berjalan baik,” tukasnya.

Salah satu ide Sappe menciptakan kesehjateraan untuk para nelayan dan warga pesisir, adalah kewajiban membayar iuran Rp 1.000 per bulan anggota. Seribu rupiah itu kecil kalau anggotanya satu orang. Tapi, kalau mereka jumlahnya ribuan, pasti akan terlihat dan banyak hal bisa dilakukan. Misalnya, dana ini dibuat untuk membantu anggota yang lagi ditimpa musibah sakit, kematian dan lainnya. “Tentu, kami akan buatkan rekening khusus dan siap diaudit,” sebutnya.

Yang jadi jaminan IMPB sebagai organisasi profesional antaralain, bahwa organisasi ini sudah didaftarkan di Kesbangpol dan memiliki akta notaris pendirian, dengan tembusan hingga ke Gubernur Kaltim. “Secepatnya pula, komisariat atau cabang IMPB mulai tingkat kecamatan hingga kelurahan, akan dibentuk dalam waktu dekat. Sehingga, pelantikan kepengurusan IMPB mulai tingkat kota hingga kecamatan dan komisariat, bisa dilakukan bersamaan,” sergahnya

PRINSIP SILATURAHIM

 Kediaman H Sappe di kawasan Jalan Jenderal Sudirman No. 24 Balikpapan Selatan,  memang selalu ramai dikunjungi tamu. Yang datang, sebagian besar warga di kawasan Balikpapan Selatan, tapi tidak sedikit pula para petinggi dan orang penting di Balikpapan.

Rumah H Sappe, memang memiliki halaman yang cukup luas.  Tidak heran, banyak kegiatan penting bersama warga, digelar di tempat ini.“Beginilah kondisi rumah saya. Hampir tiap hari memang selalu ramai dengan kunjungan warga. Selain itu, kami memang kerap menggelar berbagai kegiatan sosial dan keagamaan seperti pengajian dengan ratusan ibu-ibu, pemotongan hewan kurban, pembagian zakat, infaq dan sedekah tiap tahun, dengan  melibatkan warga sekitar,” ujar H Sappe

Kebersamaan dan interaksinya dengan masyarakat, kata H. Sappe, sudah lama terjalin—jauh sebelum dia terpilih jadi anggota DPRD Balikpapan  selama dua periode. Konsep sederhana dan bersahaja, diakuinya memang jadi penyebab utama—mengapa dia dan keluarganya selalu akrab dengan warga.

PAHITNYA HIDUP

Semua itu dipicu pengalaman hidupnya di masa lalu—yang dilalui dengan kepahitan dan kegetiran. “Saya memulai karier politik benar-benar dari bawah, sekitar tahun 1980-an, dengan bergabung di Partai Golkar. Jadi, saya bukan seorang kader partai karbitan,” ujar H Sappe mengisahkan.

Dari posisi Komdes, lalu naik jadi Komisaris Kelurahan, hingga Ketua Kecamatan dan Ketua Rayon Balikpapan, dilaluinya dengan mantap. Setelah itu, ia dipercaya jadi pengurus DPD II bidang tani dan nelayan, bendahara Golkar dan belakangan dipercaya menjabat wakil ketua Golkar Balikpapan—setelah era reformasi hingga sekarang menjadi Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar Balikpapan..

Bersamaan dengan kiprahnya di Partai Golkar, pria kelahiran Sinjai 27 April  1951 ini, mengaku mulai tertarik berwirausaha. “Saya membuka usaha kecil, berjualan ikan dan kayu di seputaran lampu merah Plaza Balikpapan. Itu memang masa-masa sulit saya bersama istri dengan empat orang anak,” tutur suami dari Hj Halijah ini.

Dengan modal seadanya, ia lalu mendirikan usaha konstruksi (kontraktor, red). Itupun tidak langsung besar, karena dimulai dari golongan kecil C-3 (tahun 1984), golongan C-2 (1985) dan naik ke golongan C-1 (tahun 1986-1987). Bersamaan dengan makin sukses usahanya itu, berdirilah Meranti Indah Group—yang belakangan beranak pinak menjadi banyak jenis usaha dan diteruskan oleh keempat anaknya.

Berkat kerja keras dan kemampuannya yang berlian di organisasi, H Sappe juga merambah cukup banyak organisasi penting selain di Partai Golkar. Bersamaan dengan kariernya yang terus menanjak itu, siapa sangka, seorang penjual ikan dan kayu itu, juga dipercaya memimpin Gapensi Balikpapan—sebuah asosiasi pengusaha kontraktor dengan jumlah anggota terbesar di Kota Minyak. Jabatan itu, bahkan dipegangnya hingga dua periode. Ia juga pernah menjabat Wakil Ketua Kadin Kaltim bidang OKK dan Ketua Apnatel Kaltim di era Gubernur HM Ardans. Selain itu, cukup banyak organisasi lain yang dipercayakan kepadanya.

SUARA TERBANYAK

Saat pemilu tahun 2004, lanjut H Sappe, ia dijadikan calon legislatif (caleg) Partai Golkar nomor urut 1 di wilayah Balikpapan Selatan. Hasilnya, ia meraup suara terbanyak dan terbesar untuk semua caleg yang bertarung di Balikpapan, dengan raihan sekitar 3 ribu suara. Hal yang sama terulang kembali di Pemilu legislatif tahun 2009.

Lalu apa yang menyebabkan ia maju lagi sebagai caleg dalam Pemilu April tahun 2009 dan memilih pensiun di pemilu legislatif tahun 2014? H Sappe menegaskan, semua itu berangkat dari keinginannya yang kuat untuk berbuat banyak pada masyarakat.

Terus terang, lanjut dia, persoalan lingkungan masih memprihatinkan, terutama infrastruktur seperti jalan, drainase dan lampu penerangan jalan. Belum lagi persoalan klasik seperti banjir, longsor dan pengupasan lahan. Sementara pendidikan gratis, layanan rumah sakit, air bersih dan byar per listrik, termasuk berbagai problem kemasyarakatan lainnya, diakui H Sappe—banyak ditemuinya saat reses dewan di kala berkunjung langsung dan bertemu warga. “Ini yang membuat saya merasa punya beban dan jadi pekerjaan rumah (PR).” tuturnya.

Diakuinya, selama hampir 10 tahun jadi anggota dewan, memang belum semua aspirasi warga itu bisa terselesaikan. Karena itu, ia menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada masyarakat Balikpapan, utamanya para pendukung dan simpatisan yang memilihnya, atas sikap yang dia ambil dengan mundur dari anggota DPRD dan keluar dari Partai Golkar Balikpapan ini.

 “Buat saya, langkah ini justru baik, mengingat saya perlu banyak istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Tapi saya berterima kasih pada Partai Golkar, yang sudah ikut memberikan tempat buat karier politik saya hampir 30 tahun,” tukasnya.(*)

Penulis : RUDI R. MASYKUR Editor : RUDI R. MASYKUR


Share.

Comments are closed.