Oleh : Dr. Kasrani Latief

TANA PASER – Bagi Umat Islam Bulan Ramadhan dapat disebut sebagai bulan literasi kitab suci (Al-Qur’an). Begitu banyak umat Islam berlomba-lomba membaca dan mengkhatamkannya. Suasana Ramadhan yang penuh dengan keberkahan melahirkan lantunan ayat Al-Qur’an yang tidak henti-henti diserukan.

Sebagai mukjizat yang diterima Nabi Muhammad saw, Al-Qur’an memiliki banyak pelajaran yang tidak akan pernah habis dimakan usia.

Alunans Al-Qur’an yang indah nan merdu terdengar dimana-mana, di masjid, mushola ataupun di perumahan warga.  Antusias membaca Al-Qur’an semakin meningkat tajam, dikarenakan datangnya bulan Ramadhan, akan membawa semangat baru dan lingkungan yang mendukung untuk literasi Al-Qur’an.

Hampir semua masjid, mushola, dan rumah setiap saat terdengar lantunan ayat Al-Qur’an. Hal ini akan menjadi motivasi lebih bagi kita untuk membaca Al-Qur’an, sebagai wahyu Allah, Al-Qur’an mempunyai pengajaran dan pengetahuan yang tidak akan habis untuk dipelajari. Dengan membaca dan mentadaburi artinya, kita dapat menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna.

Kegiatan membaca Al-Qur’an dimaknai sebagai perintah Tuhan kepada hambanya. Padahal akan lebih indah bila membaca Al-Qur’an dimaknai sebagai kebutuhan. Tentu, semua orang tidak hanya melafalkan ayat Al-Qur’an saja, namun akan memahami arti dan menyempurnakan bacaannya. Baik kualitas makhraj, tajwid, maupun pemahaman makna akan dipandang sebagai salah satu kewajiban yang diutamakannya.

Faedah membaca Al-Qur’an menurut Syaikh Ibnu ‘Utsaimin keindahan didalam Al-Qur’an juga mempunyai Manfaat sebagai berikut :

1. Agar selamat duniat dan akhirat.
Rajin membaca Alquran dengan hati yang ikhlas dapat menyelamatkan dirinya dari kejahatan yang terlihat dan tidak terlihat dan kesengsaraan selama di dunia dan akhirat, semua itu terwujud karena Allah SWT melindunginya.

Baginda Rasullulah bersabda bahwa :“Ibadah yang paling berkah dan istimewa adalah membaca dan mempelajari alquran serta mengamalkannnya dalam kehidupan sehari hari bahkan pada tiap satu ayatnya yang telah dibaca mengandung 10 kebaikan dan ajaran kebenaran didalamnya.

​2. Sebagai penyembuh penyakit pada tubuh.
Bagi seseorang yang rajin dan membiasakan diri untuk membaca Alquran maka Allah SWT akan melindunginya dari segala penyakit. Seperti  hadits yang menyatakan bahwa : ” Hendaknya kamu menggunakan jenis obat obatan seperti madu dan membaca alquran (HR. Ma’ud).
3. Memberikan kenikmatan pada kedua orangtua dihari kiamat.

Bagi seorang anak yang membiasakan diri membaca Alquran semata mata karena kecintaannya terhadap Allah SWT dan kedua orangtuanya maka Allah SWT akan melindungi kedua orangtuanya dan memberinya kenikmatan termasuk mahkota pada kepala mereka sebagai tanda keberkahan.

Seperti Rasullulah pernah bersabda : “Barang siapa ynag membaca Alquran dan mengamalkannya semata mata karena Allah SWT maka Allah akan memberikan mahkota dikepala kedua orangtuanya dan kenikmatan pada hari kiamat dan akana terlihat lebiuh terang dari pada sinar mayahari sehingga kamu tidak akan menduganya bahwa ganjaran  itu dikarenakan amalan amalan sipembaca Alquran itu.” (HR. Abu daud.)

Budaya literasi menjadi sebuah keharusan bagi seorang muslim. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa pada masa Bani Abbasiyah, peradaban Islam begitu maju. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dan mampu memunculkan sosok ilmuan muslim yang sangat luar biasa. Literasi menjadi kunci. Mereka tidak sekadar membaca teks dan konteks tetapi juga menuliskannya secara empiris. Alhasil, pemikirannya hingga kini masih dikenal luas oleh dunia.

Momentum bulan Ramadhan semestinya bagi umat Islam di Indonesia merupakan kondisi puncak dalam ber-literasi, baik secara literasi tekstual. Yaitu kegiatan umat Islam mulai memiliki kesadaran untuk banyak membaca. Mulai dari membaca Al-Qur’an hingga beragam majlis ta’lim dan kajian diadakan di mana-mana. Pengajian kitab diadakan oleh para kyai dan ustadz di masjid dan pondok pesantren. Kitab yang dikaji pun sangat beragam, mulai dari kitab Tafsir, Fiqh, dan Tasawuf dengan judul yang berbeda-beda.

Pada bulan puasa, umat Islam tidak hanya membaca teks saja, tetapi juga Literasi kontekstual dapat dipahami sebagai kegiatan membaca ayat-ayat Tuhan yang tidak tertulis. Salah satu wujud literasi kontekstual yang paling mudah dilihat adalah adanya rasa kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama.

Di bulan Ramadhan banyak kita jumpai kegiatan bakti sosial, sedekah, infak dan zakat dengan tujuan untuk meringankan beban sesamanya yang kurang mampu.
Kita telah berada dipenghujung Bulan suci ramadhan, tentu ramadhan akan berakhir namun semangat Ramadhan tidak boleh berakhir, untuk itu Saya mengajak kita semua umat muslim agar Ramadhan dijadikan momentum yang tepat untuk menyeimbangkan literasi tekstual dan kontekstual.

Dengan adanya semangat literasi di bulan Ramadhan ini harus terus dipertahankan di bulan-bulan lainnya karena kebiasaan yang telah kita laksanakan ini harus menjadi budaya dalam keseharian kita umat Islam yang nantinya tidak hanya mampu membentuk kesalehan pribadi tetapi juga kesalehan sosial, tentunya semangat ini akan mendukung Visi Bupati dan Wakil Bupati dalam mewujudkan Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera).

 

Penulis :  Ketua GPMB Kab. Paser

Share.
Leave A Reply