PASER, Gerbangkaltim.com – Seorang petani sawit di Desa Bukit Seloka Kecamatan Long Ikis, Abdul Karim mengeluhkan hasil panennya yang menurun hingga 50 persen.

Menurut dia, penurunan produksi tanaman sawitnya akibat dampak dari jalan lintasan petani digunakan kendaraan pengangkut batu bara. Abdul Karim merupakan satu dari 63 petani yang melakukan protes karena tidak bisa bekerja akibat debu tebal dari aktivitas truk pengangkut batu bara.

“Sebelum ada kegiatan truk batu bara melintad di jalan petani setiap panen bisa mencapai 1 hingga 2 ton , saat ini sudah menurun jauh, ” Kata Abdul Karim kepada wartawan yang menemuinya, kemarin.

Menurut dia, setelah dilewati kendaraan pengangkut batu bara hasil panen menurun 50 persen, banyak pohon sawit yang mati terkena polusi. kondisi petani, seperti pepatah, hidup segan mati tak mau.

“Petani tidak mau bekerja karena bergerak sedikit banyak debu,” ujar Abdul.

Menurut dia aktivitas pengangkut batu bara ini dudah berlangsung sejak Januari 2023. Semenjak itulah para petani khawatir dampak lingkungan dari kendaraan batu bara yang melintasi jalan petani berdampak pada hasil buah dari petani.

Terkait masalah ini para petani sudah mengadukan kepada pihak terkait dan sudah dibahas dari tingkat desa, kecamatan hingga ke kepolisian. Namun sayangnya menurut dia beberapa kesepakatan belum memenuhi harapan atau keinginan petani seperti penyiraman di lokasi milik petani.

“terutama yang belum maksimal adalah penyiramannya, karena yang disiram jalannya saja, sementara sawit yang terdampak belum disiram,” tuturnya.

Sembari menunjuk photo kondisi terbaru sawit yang dimilikinya, ia menuntut pihak yang bertanggungjawab terhadap kegiatan angkutan batu bara yang menggunakan lintasan petani memberi ganti atas penurunan hasil panen setiap bulannya.

“Harapan kita hasil petani yang selama ini pernah kita dapatkan setiap bulan 500 ribu dapat dibayar setiap tahunnya dengan total 5 juta,” pungkasnya. (GK)

Share.
Leave A Reply