BALI, Gerbangkaltim.com – Setelah suskes menyelenggarakan Seminar Pancasila Series 1 sampai 4, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila menyelenggarakan kembali Seminar Pancasila Series 5, Senin (21/11) sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila di tahun 2022.

Menggandeng Kompas TV, Seminar Pancasila ini diisi oleh 5 (lima) narasumber, di antaranya, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, S.E., M.A., Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Brigjen. TNI Heru Langlang Buana, S.I.P., M.Si., Penulis Buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia, Bernada Rurit, dan Puteri Indonesia 2022, Laksmi De Neefe Suardana. Hadir pula secara daring langsung dari Jenewa, Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Nara Masista Rakhmatia.

Menyambut momentum G20, Seminar Pancasila Series 5 yang diselenggarakan di Universitas Udayana, Bali ini mengambil tema “Pancasila, Inspirasi Dunia untuk Kesejahteraan dan Perdamaian”.

Dalam sambutan pembukaan, Sekretaris Dewan Pengarah BPIP, Mayor Jendral TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, menuturkan, tema tersebut sejalan dengan semangat yang ingin diciptakan Indonesia dalam G20 beberapa waktu yang lalu.

“Presiden Joko Widodo telah menyerukan, hentikan peperangan demi mewujudkan perdamaian dunia. Ini sangat menguatkan nilai-nilai Pancasila untuk Dunia”, ungkapnya.

Diskusi yang dipandu moderator Presenter Kompas TV, Frisca Clarisa ini berjalan dinamis dengan materi diskusi yang menggugah semangat kebangsaan dalam bingkai narasi Pancasila.

Ditaya Frisca, apakah G20 memainkan diplomasi Pancasila? Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, S.E., M.A. menjelaskan 3 tataran tolok ukur keberhasilan diplomasi Pancasila dalam Presidensi G20, yakni tataran negara, substansi, dan masyarakat.

Dalam tataran negara, Djumala menjelaskan, perhelatan akbar G20 berhasil mempertemukan 2 pihak yang sedang berseteru dengan berdialog.

“Peran Pak Jokowi dan Ibu Menlu Retno mulanya dianggap sulit sekali. Bayangkan saja, orang yang lagi berantem dipertemukan. Tapi Bu Menlu berhasil mempertemukan Menlu AS dan Rusia dalam satu ruangan. Tangible result-nya, transformasi energi yang disepakati. Ngga gampang. Bagaimana mempertemukan mereka, duduk bareng, dan menghasilkan bukan hanya deklarasi, tapi tangible result (aksi nyata)”, tutur Djumala.

Lebih lanjut Djumala menjelaskan, dalam tataran substansi, G20 berhasil membangun ekosistem kesehatan dengan adanya Pandemic Fund atau dana pandemi yang ditujukan kepada negara-negara berkembang dan negara-negara yang sifatnya low income country untuk kewaspadaan terhadap ancaman pandemik pada masa mendatang.

“Kemudian transformasi ekonomi digital untuk UKM. Itu adalah keadilan sosial. Aura Pancasila dipancarkan dalam G20”, ungkap Djumala.

Sementara dalam tataran masyarakat, Djumala menjelaskan, ada suatu inspirasi nilai ketika Pandemic Fund diarahkan kepada negara-negara yang mengalami akses keterbatasan.

“Jadi, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dipancarkan dalam G20”, tambah Djumala.

Dubes LBBP RI untuk Republik Polandia Ke-15 dan Dubes LBBP RI untuk Republik Austria merangkap Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) Ke-19 ini menambahkan, Indonesia tidak bisa menyelesaikan masalah konflik dunia sendiri, namun Indonesia memiliki kepercayaan sebagai bangsa penengah atau bridge builder.

“Jadi ketika ada masalah atau konflik, Indonesia tidak melihat dari untung/rugi. Tapi berdasarkan titah konstitusi. Dari situ Indonesia dipercaya”, ungkap Djumala.

Djumala menekankan, peran generasi muda perlu dikedepankan untuk menarasikan Pancasila dalam bentuk diskusi, tulisan, maupun publikasi.

“Generasi muda kadang-kadang tidak sadar yang dilakukan itu nilai-nilai Pancasila karena Pancasila sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sekarang menjadi tantangan generasi muda, apa yang kita lakukan harus dinarasikan dan dikembangkan. Saat ini kita menghadapi kegagalan narasi. Ga diomongin, ga di halo-halo. Lawan itu yang namanya narative failure dengan menarasikan Pancasila”, pungkas Djumala.

Sejalan dengan Djumala, Puteri Indonesia 2022, Laksmi De Neefe Suardana sepakat untuk membangun kesadaran pentingnya literasi bagi generasi muda. Gadis Ubud yang akan mewakili Indonesia pada ajang Miss Univerese ini berkomitmen membangun kualitas literasi anak muda Indonesia dengan mendorong anak muda untuk gemar membaca, menulis, dan bersastra.

“Literasi anak muda penting untuk Pancasila. Kalau kita bisa mengembangkan kualitas literasi anak-anak muda, kita bisa mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya hapal Pancasila dalam ucapan”, tutur Laksmi.

Laksmi juga mengajak para pemuda untuk bergotong royong menarasikan Pancasila dan menyebarkannya kepada publik.

“Saya mewakili anak muda, mengajak ayo kita berdialog lagi tentang bangsa dan negara kita. Pada ajang Miss Universe akhir tahun ini, semoga saya bisa menang agar lebih mudah mengenalkan Indonesia kepada Dunia, termasuk menarasikan Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi perdamaian Dunia”, ungkap Laksmi.

Dari sesi pertahanan, Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Brigjen. TNI Heru Langlang Buana, S.I.P., M.Si., para prajurit yang dikirim ke kawasan konflik telah mampu membawa nilai-nilai Pancasila bagi perdamaian Dunia.

“Secara operasional, TNI memiliki peran khusus, melaksanakan perdamaian dunia di negara konflik sebagai etalase Bangsa Indonesia, seperti melakukan negosiasi yang berdampak besar”, ungkap Heru.

Heru juga menuturkan, melalui para prajurit yang bertugas, negara-negara lain mengapresiasi Bangsa Indonesia dengan semnagat perdamaian, persatuan, dan keadilan yang terkandung dalam ideologi Pancasila.

“Kita di sini sudah mempunyai Pancasila yang sudah teruji kesaktiannya. Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengimplementasikannya”, tutur Heru.

Sementara itu, Penulis Buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia, Bernada Rurit menjabarkan isi dari buku yang tengah disusunnya.

Dalam buku tersebut, Rurit memaparkan, tertuang sejarah lahirnya Pancasila, pemikiran-pemikirin para pendiri bangsa, hingga quotes dari Bung Karno.

“Pancasila sudah dikenalkan Bung Karno dalam sidang PBB tahun 1960. Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai nilai yang mendamaikan dan menyatukan”, tutur Rurit.

Rurit berharap, dari perhelatan G20, para Pemimpin Dunia terkesan dengan keramahan dan penyambutan Bangsa Indonesia sehingga mereka mencari tahu nilai-nilai yang masyarakat Indonesia pedomani.

“Globalisasi menjadikan kita semua terhubung. Anak muda perlu merepresentasikan Pancasila dengan menunjukan sikap toleran dan terbuka. Melakukan sinkronisasi antara tindakan dan kata-kata itu lebih penting”, pungkas Rurit.

Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Nara Masista Rakhmatia menyoroti keberhasilan Indonesia dalam presidensi G20 yang telah membuka pintu negara-negara berkembang lainnya, berperan juga dalam presidensi G20 selanjutnya.

“Upaya negara G20 mengesampingkan ego negara masing-masing sebagai bentul penghormatan kepada Indonesia sebagai keketuaan KTT G20”, ungkap Nara.

Ia juga menyebut, jika Indonesia ingin Pancasila benar-benar menjadi ideologi alternatif perdamaian yang diimplementasikan oleh masyarakat dunia maka masyarakat Indonesia harus berkomitmen menerapkan Pancasila terlebih dahulu.

“Pancasila tidak dapat disandingkan dengan nilai-nilai dari negara lain. Jika kita ingin menularkan nilai-nilai baik dalam Pancasila maka kita harus menerapkan terlebih dahulu. Harus menjadi promotor norma-norma dalam Pancasila yang akan diinternalisasi menjadi nilai-nilai Dunia”, ungkap Nara.

Pada ujung diskusi, kelima narasumber sepakat bahwa tugas masyarakat Indonesia saat ini untuk meneruskan upaya Bung Karno di dunia Internasional. Aura Pancasila yang terpancar dalam G20 mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan. Maka para narasumber berpendapat, perbedaan harus dirayakan, bukan dinistakan. Berbeda tidak perlu disamakan dan yang sama tidak perlu dibeda-bedakan.

 

Selain narasumber, dalam Seminar Pancasila Series 5 ini hadir pula Anggota Dewan Pengarah BPIP, Rikard Bagun, Ph.D., Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Ir. Prakoso, M.M., Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Dr. Antonius Beny Susetyo, Pr., Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama, Elfrida Herawati Siregar, S.P., M.M., Direktur Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dan Regulasi, Drs. R. Dian M. Johan Johor Mulyadi, M.H., Direktur Sosialisasi dan Komunikasi, M. Akbar Hadiprabowo, S.H., M.H., Kepala Biro Pengawasan Internal, Abbas, S.H., M.H., serta civitas akademika Universitas Udayana. (HA)/erwe

Share.
Leave A Reply