Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur yang selama ini menimbulkan bau yang tak sedap ternyata selama ini memiliki nilai ekonomis, bahkan dapat menciptakan kemandirian energi bagi warga.

Pasalnya, sampah ini bisa dijadikan sebagai sumber energi rumah tangga melalui gas metana yang dihasilkan dari sampah, Inilah program inovasi Waste To Communty (Wasteco) yang dilakukan Pertamina Hulu Mahakam (PHM).

TPA Manggar ini tahun 2019 lalu, diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, bahkan TPA Manggar ini disebut sebagai TPA terbaik se-Indonesia untuk jenis sanitary landfill atau mengelola sampah dengan memanfaatkan cekungan atau tanah yang dibuat lubang untuk menimbun sampah.

Cekungan ini dapat menghancurkan tumpukan sampah dengan sangat baik, dan dapat mengubah air lindi atau air yang berasal dari timbunan sampah menjadi gas metana yang kemudian ditampung dan diolah kemudian digunakan sebagai alternatif pengganti gas elpiji.

Sekretaris Pengelola Gas Metana, Nurlita mengatakan, awalnya dimulai 14 Juni 2019, namun mulai dikembangkan tahun 2020 dimana ada bantuan Pertamina Hulu Mahakam, mulai dari pemasangan pipa, manajemen keuangan dan studi banding.

“Untuk pemasangan pipa gas ini, terakhir sudah ada sebanyak 273 sambungan untuk 177 kepala keluarga (KK) penerima manfaat, yang berasal dari 4 RT masing-masing RT 95/ 97/ 36 dan 61 dengan jangkauannya pipa hingga 3 kilometer,” ujarnya, Jumat (22/10/2022).

Semula, katanya, penggunaan gas metana ini digunakan untuk kegiatan rumah tangga, namun saat pandemi penggunaan mas metana ini juga digunakan oleh kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk membantu perekonomian keluarga.

“Usaha rumahan ini meliputi pembuatan makanan ringan, pembuatan roti, pabrik pengolahan tahu dan tempe dan sauna serta 15 warung kecil,” jelasnya.

Nilai ekonomis yang dirasakan warga, katanya, dengan menggunakan gas metana ini sangat terasa sekali, dimana untuk 1 KK biasanya menggunakan 4 tabung gas 3 Kg untuk 1 bulan. Namun dengan penggunaan gas metana tabung 3 kg bisa digantikan sebanyak 3 tabung.

“Jadi saat ini selain menggunakan gas metana, warga saat ini hanya menggunakan 1 tabung gas melon saja. Perhitungan 1 tabung gas 3 kg saat ini dijual Rp35 ribu pertabung, sehingga bisa hemat Rp105 ribu perbulannya,” ungkapnya.

Sampai saat ini, katanya, iuran untuk penggunaan gas metana ini hanya sebesar Rp10 ribu perbulan dengan tanpa ada Batasan penggunaan gasnya. Iuran ini juga ditambah dengan usaha pengelola dan keuntungan yang diberikan pelaku industri kecil.

“Total uang yang masuk ke pengelola hanya sebesar Rp 3 juta perbulan, dan digunakan untuk biaya pemeliharaan pipa dan membayar teknisi, dan tersisa keuntungan bersih Rp1 juta,” paparnya.

Kepala UPTD TPA Manggar M Haryanto mengatakan, timbunan sampah TPA Manggar ada sebanyak 132.182 ton pertahun, dan mampu menghasilkan sebanyak 462.480 gas metana untuk rumah tangga dan mampu mengurangi emisi gas sebesar 181.145 Co2eq.

“Selain dimanfaatkan untuk rumah tangga, saat ini juga dimanfaatkan 10 UKM dan 10 warung metana bisnis rumah tangga seperti pabrik tahu dan gula aren,” jelasnya.

Pemanfaat gas metana ini juga, lanjutnya, mampu mengurangi pemakaian tabung gas 3 kg sebanyak 7.200 tabung gas pertahun, hingga bisa menghemat biaya memasak keluarga sebesar Rp180 juta pertahun dan penghematan kayu bakar untuk pabrik tahu 96 meter kubik pertahun.

“Juga bisa menghemat Rp15 juta pertahun untuk listrik di TPA Manggar, karena gas ini juga bisa dikonfirmasi menjadi energi listrik, tapi masih terbatas untuk TPA saja,” paparnya.

Head of Communication Relations & CID PHM Pertamina Hulu Mahakam Frans Alexander A Hukom menambahkan, program Wasteco merupakan inisiasi PT PHM bekerjasama dengan UPTD TPA Manggar.

“Jadi kita liat ada potensi gas metana dari tumpukan sampah yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga warga sekitar TPA,” ungkapnya.

Frans menjelaskan, saat ini sampah dari kota Balikpapan yang terkumpul di TPA Manggar sebanyak 132 ribu ton per tahun atau 350-400 ton per hari, dari tumpukan sampah ini ada potensi menghasilkan gas metana sebesar 2,2 juta M3 per tahun.

“Nah, pemanfaatan gas metana ini tentunya mampu mengurangi ketergantungan masyarakat di sekitar wilayah Kelurahan Manggar ini, terhadap penggunaan tabung gas LPG 3 kg, dimana satu keluarga bisa sekitar 3 tabung bahkan untuk UMKM bisa 10 sampai 20 tabung per bulan,” jelasnya.

Untuk menyalurkan gas metana ke masyarakat PHM, katanya, telah membangun sepanjang 6.640 meter pipa distribusi, sehingga dapat menyalurkan gas metana sebanyak 462.680 M3 per tahun digunakan oleh 200 keluarga. Pada tahun ini PHM akan memperluas pemanfaatan gas metana dengan membangun 100 jalur distribusi.

“Tentunya dalam mengalirkan dan mendistribusikan gas metana kami membangun manifold dinikmati 200 keluarga meminimalisir resiko ledakan akibat tekanan gas kami bangun 7 flaring di lokasi tersebut,” tutupnya.

Share.
Leave A Reply