Balikpapan, Gerbangkaltim.com, ¬ Provinsi Kepulauan Riau sebagai daerah maritim merupakan daerah penghasil sumber daya ikan yang berlimpah ruah. Lautan luas yang dimiliki Kepulauan Riau memang terkenal kaya akan hasil lautnya. Ikan sudah menjadi sebuah identitas di daerah maritim.

Tak sedikit juga masyarakat daerah pesisir di Kepulauan Riau yang memanfaatkan hasil laut ini dengan mengolahnya menjadi produk makanan baru seperti kerupuk, otak-otak, mpekmpek, bakso, dan varian makanan lainnya yang berasal dari bahan baku ikan.

Salah satunya seperti yang dilakukan warga Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Kepri. Dimana di desa ini hasil laut diolah dikemas dalam bentuk makanan siap saji, kerupuk atom ikan tenggiri produksi Kelompok Masyarakat (Pokmas) Bandeng menjadi kegemaran para pencari kuliner dari lokal dan mancanegara.

“Alhamdulillah, pembelajaran kami TP PKK Balikpapan, kesini adalah melaksanakan pembelajaran tentang pengolahan hasil laut di Bintang, Kepri,” ujar Ketua TP PKK Kota Balikpapan,Hj Nurlena Rahmad Masud saat memimpin rombongan TP PKK Kota Balikpapan, Senin (22/11/2021).

Nurlena menambahkan, Kota Balikpapan juga merupakan kota penghasil ikan karena kotanya juga terletak dipesisir pantai. Jadi Harapannya apa yang didapat di Bintan bisa diadposi untuk dikembangkan di Balikpapan.

“Sehingga ini jadi pengalaman luar biasa yang bisa diterapkan di Balikpapan,”tegasnya.

Selain olahan ikan, katanya, ternyata di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Kepri, hasil pertanian seperti bayam juga bisa diolah menjadi panganan yang bernilai ekonomis.

”Salah satunya stik bayam, ini tentunya juga bisa dibuat oleh ibu-ibu di Balikpapan nantinya,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Pokmas Bandeng, Ermiyati mengatakan, bertahannya hasil produksi yang dilakukannya bersama 10 keanggotaan Pokmas Bandeng karena memiliki resep dan bisa menjaga kualitas serta rasanya. Sehingga, kerupuk atom yang dijual seharga Rp100 ribu per kilo tersebut, sudah disebarkan ke swalayan-swalayan Tanjungpinang-Bintan, Kiko Bintan, Lagoi, Tanjunguban dan Batam.

Tidak hanya mengunggulkan kerupuk atom, tapi juga juga memproduksi kerupuk ikan tenggiri yang dijual seharga Rp70 ribu per kilo.

“Tingginya minat pembeli terhadap produk kerupuk ikan tenggiri dari Pokmas Bandeng ini, jadi kami memproduksi sekitar 20-40 kg kerupuk tiap harinya, bahkan pihak terkait sampai menyajikan hasil produksinya dalam kemasan praktis yang bisa langsung dimakan seharga Rp20 ribu per bungkus,” ujarnya.

Wanita kelahiran Kepulauan Riau tahun 1968 merupakan salah satu dari sekian banyaknya pelaku usaha produk makanan berbahan baku ikan. Produksi kerupuk atom ini dimulai sejak tahun 2007 atau 11 tahun silam.

“Sebelum memproduksi kerupuk atom, saya dulu kerap membuat makanan ringan dan jajanan untuk anak sekolah,” jelasnya.

Asal mulanya, cerita Emi, produksi kerupuk atom ini adalah usaha orang tuanya yang kemudian dilanjutkannya karena melihat permintaan akan kerupuk atom ikan tenggiri ini cukup tinggi.
Awalnya kerupuk atom milik Emi ini berbahan baku ikan Bandeng dan ikan Tenggiri, namun seiring berjalan rupanya ikan Bandeng sedikit sulit mendapatkannya, maka kini hanya menggunakan ikan Tenggiri.

Ikan Tenggiri selalu ada, beda halnya dengan ikan Bandeng. Ikan Tenggiri didapat dari nelayan sekitar rumah, biasanya Rp 40.000 per Kg-nya.

“Alhamdulillah hampir semua swalayan di Tanjungpinang ada produk kerupuk atom ini,” jelasnya.

Sekali produksi biasanya, Emil menggunakan 12 Kg daging ikan yang kemudian menjadi 13 Kg kerupuk atom. Komposisi dari kerupuk atom Ibu Emi antara lain ikan Tenggiri, tepung sagu Daek, garam dan bumbu rempah dapur sebagai pelengkap serta tanpa bahan pengawet.

Perlu waktu 8 jam untuk menyelesaikan proses produksi kerupuk atom mulai dari adonan, pembentukan, hingga di goreng.
Harga kerupuk atom Ibu Emi di swalayan bervariasi, ada kemasan Rp10000 dan kemasan Rp16000 sesuai berat kerupuk atom. Pelanggan juga bisa membeli dengan hitungan Kg dimana per-Kg-nya seharga Rp 130.000.

“Kerupuk atom ini dijamin terasa ikannya, karena dikomposisinya memang lebih dominan ikannya,” tutup Emi.

Share.
Leave A Reply