Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Pemkot melalui Dinas Sosial Kota Balikpapan telah menghentikan pemberian makanan gratis bagi warga terpapar COVID-19 yang saat ini tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.

“Sudah kita setop, dapur umum itu sejak kemarin,” ujar Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Balikpapan, Purnomo, Rabu (25/08/2021).

Purnomo mengatakan, penghentian pemberian makan terhadap warga yang menjalani isoman ini karena meraka akan langsung diarahkan untuk melakukan isolasi terpusat (isoter) yang disiapkan Pemkot ditempat-tempat yang sudah ditentukan diantaranya di Embarkasi Haji Batakan, Hotel Grand Tiga Mustika, Wisma Sylva Lestari, Wisma Atlet dan tempat lainnnya.

“Sudah selesai karena yang isoman sudah berkurang. Kemudian juga sudah kita arahkan ke isoter,” ujarnya.

Sebelumnya Pemkot memberikan makan tiga kali sehari bagi yang isoman. Namun setelah melakukan evaluasi bersama Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, maka tak boleh lagi ada yang isoman.

Saat ini rata-rata warga yang terpapar yang tengah menjalani isoman memiliki gejala, sehingga harus mendapatkan perawatan terpusat di isoter hingga rumah sakit bagi yang memiliki gejala sedang hingga berat.

“Maka kini seluruhnya ditangani Dinas Kesehatan Kota (DKK), “ tegasnya.

Salah satu yang diwaspadai, katanya, untuk memutus mata rantai warga terpapar COVID-19 adalah warga yang isoman. Pasalnya, warga yang isoman ini sangat sulit untuk termonitor dengan baik.

“Akibatnya banyak kasus kematian, terutama warga yang isoman dan terlambat dibawah ke rumah sakit,” jelasnya.

Sementara itu Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud mengatakan, Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang diperpanjang hingga 3 kali di kota minyak itu sukses menurunkan laju penularan COVID-19.

“Kita mendapatkan hasil yang signifikan dari 600 kasus per hari menjadi 80 kasus per hari,” ujarnya.

Di awal diterapkan di pertengahan Juli kasus positif COVID-19 mencapai 600 kasus per hari. Jumlah itu ditengarai juga disebabkan oleh virus corona varian Delta.

Saat itu juga angka kematian pasien positif pernah mencapai 40 kasus per hari, sebagai imbas pasien yang menumpuk di rumah-rumah sakit yang menangani pasien COVID-19.

Rumah Sakit Umum Daerah Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) bahkan terpaksa menolak pasien karena sudah melebihi kapasitas yang tersedia, di mana pasien sudah ada yang dirawat di lorong-lorong.

Setelah tiga kali diperpanjang, katanya, pertambahan kasus positif kini 80 kasus saja dan 7 kematian. Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit dari 100 persen lebih, sekarang 41 persen.

“Saat ini perpanjangan ke empat, dua pekan hingga Senin (6/9) mendatang, ini ikhtiar kita mudahan turun terus,” tutupnya.

Share.
Leave A Reply