Oleh : Kasrani Latief*

Empat hari yang lalu tepatnya, Hari Kamis, 22 Desember 2022. Kita semua memperingati Momen Peringatan Hari Ibu. Peringatan ini sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 316 tanggal 16 Desember 1959 yang ditetapkan sebagai hari nasional bukan hari libur. Di hari ibu, biasanya kita akan menemui media sosial ramai dengan ucapan dan postingan foto ibu mereka sebagai ekspresi dan euforia dalam memeriahkan hari ibu.

Jika menilik kembali sejarah lahirnya peringatan hari ibu ini maka tidak akan terlepas dari pergerakan perempuan Indonesia yang mengadakan Kongres Perempuan pertama pada 22—25 Desember 1928 di Yogyakarta. Tema utama pembahasan kongres saat itu adalah perjuangan hak perempuan dalam perkawinan, perlawanan pada pernikahan dini, poligami, dan isu pendidikan perempuan.

Penetapan hari ibu barulah terlaksana pada Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938. Tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden RI No. 316 Tahun 1959.

Negeri kita tak pernah melewatkan momen hari ibu yang diperingati pada tanggal 22 Desember. Momen yang diharapkan bisa menjadi milestone demi milestone bagi anak bangsa ini agar waktu demi waktu penghargaan kepada ibu dan perannya semakin terangkat dan termuliakan. Hanya saja pada kenyataannya, ibu semakin gagap dalam menjalankan tugasnya di tengah padatnya himpitan tuntutan keadaan. Tugas pengasuhan dan mengelola rumah tangga menjadi semakin berat dengan bertambahnya beban harus turut mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Peringatan ini juga untuk menghargai jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu, istri, dan juga sebagai warga negara sekaligus sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan momentum untuk menghargai perjuangan perempuan yang telah turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia pada masa lampau dan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional di masa kini.

Pandemi covid 19 di awal tahun 2020, mampu mengubah banyak wajah dunia termasuk wajah ekonomi makro dan mikro yang memberi pengaruh pada ekonomi keluarga. Pembatasan aktivitas saat pandemi menyebabkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja atau penghentian kerja sementara yang berdampak pada berkurang hingga hilangnya pendapatan keluarga. Hal ini tentu saja berpengaruh pada dinamika ketahanan ekonomi keluarga. Di saat keluarga tak bisa beraktivitas normal, kegiatan di rumah pun semakin padat karena pembatasan gerak di ruang publik, anak-anak belajar di rumah, orang tua pun hanya bisa bekerja dari rumah.

Setelah hampir tiga tahun berjalan sejak pandemi covid 19 datang, aktivitas kehidupan pun mulai berangsur normal. Anak-anak sudah bisa kembali belajar di sekolah, para pekerja pun kembali bekerja di tempat kerja dan pusat-pusat kegiatan ekonomi pun bergeliat kembali. Namun ternyata, permasalahan yang mengusik ekonomi keluarga bangsa ini belum mereda. Ketika tengah berbenah menyambut kehidupan normal dan bersiap bangkit setelah menjalani kondisi pandemi covid 19.

Momentum peringatan Hari Ibu yang diadakan tiap tahun ini sesungguhnya bertujuan untuk mengingatkan kita makna lahirnya hari ibu. Peringatan ini lebih bertujuan untuk mengingatkan masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda tentang perjuangan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan juga kemerdekaan bangsa Indonesia.

Peringatan ini juga untuk menghargai jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu, istri, dan juga sebagai warga negara sekaligus sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan momentum untuk menghargai perjuangan perempuan yang telah turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia pada masa lampau dan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional di masa kini.
Makna historis lainnya menjadikan peringatan Hari Ibu ini sebagai momen kebangkitan pergerakan kaum perempuan untuk mulai berorganisasi secara demokratis dan setara tanpa adanya pembedaan agama, suku, etnis, dan kelas sosial.

Setiap hari bagi kita, ibu adalah inspirator, setiap hari harus kita bawa nama ibu dan ayah kita dalam setiap helaan nafas disetiap doa yang kita panjatkan. Kasih sayang seorang ibu kita letakan di dalam kalbu kita yang paling dalam bahkan sangat dalam melebih kedalaman lautan teduh yang merupakan lautan terdalam di dunia. Dan tak kalah penting kitapun letakan rasa hormat dan kagum kita setinggi tingginya untuk ayah kita melebihi puncak Everest yang merupakan gunung tertinggi di dunia.

Dalam Agama Islam, jauh sebelum hari ibu diramaikan untuk menghargai jasa kaum hawa, Allah dan Rosul-Nya sudah mengapresiasi setiap keringat mereka saat mengandung ,setiap helaan napas mereka disaat melahirkan dan setetes ASI disaat menyusui. Sebagaimana tertulis dalam Surat Al- Ahqaaf Ayat 15:“kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Ibu mengandungnya dengan susah payah, dan 30 bulan”.
Dan sebagaimana Hadis dalam HR, Al-Bukhari ,Muslim: Seorang pemuda bertanya kepada Rosululloh: “Ya Rosululloh siapa orang yang peling berhak mendapat rasa cinta, rasa hormat dan loyalitasku?”, beliau menjawab: “ibumu”. Dia bertanya lagi: ”siapa lagi ya Rosululloh? “ibumu” siapa lagi ya Rosululloh “Ibumu”. Dan pemuda itu bertanya lagi :”siapa lagi Ya rosululloh” dan Rosululloh menjawab “ Ayahmu”.

Dalam Sejarah Islam disampaikan ada pemuda penduduk Yaman yang sedang thawaf di Masjidil Haram sambil menggendong ibunya di punggung, melihat Ibnu Umar, seorang sahabat Rosul itu bersyair: “sungguh aku adalah tunggangan ibu yang sangat patu, saat tunggangan lain kabur, aku tidak kabur”. Kemudian dia bertanya: “ wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas jasa kebaikan ibuku?”. Ibnu Umar menjawab: “belum walaupun satu helaan napasnya saat kesakitan melahirkanmu”.

Momen hari ibu, untuk ke sekian kalinya, mengingatkan komitmen bangsa ini untuk memuliakan peran ibu dengan mewujudkan kesejahteraan bagi para ibu. Ibu bahagia di kala melihat anak-anak tumbuh kembang baik dengan kecukupan gizi layak. Ibu bahagia di kala melihat anak-anak mendapat pendidikan yang beradab dan mencerdaskan. Ibu bahagia di kala melihat keluarganya beraktivitas dalam lingkungan yang ramah dan aman. Pertanyaan kita, sudahkan kebahagiaan ibu itu terwujud?, ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk mewujudkannya karena Momentun ini terwujud, akan mempercepat tercapainya Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera)

Selamat HARI IBU KE 94 Tahun 2022, “PEREMPUAN BERDAYA, INDONESIA MAJU”

*Penulis merupakan Kabid PUG dan PP DP2KBP3A Kabupaten Paser

Share.
Leave A Reply